Hits: 12

Judul               : Hujan Bulan Juni

Penulis             : Sapardi Djoko Damono

Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit     : Juni 2015

ISBN               : 978-602-03-1843-1

Tebal               : 133 halaman

 

Pijar, Medan, Hujan Bulan Juni adalah sebuah novel persembahan sastrawan besar yang telah banyak menerima penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri ini yakni Sapardi Djoko Damono. Novel ini berawal dari puisi menjadi lagu, kemudian komik, dan nantinya sebuah film.

Hujan bulan juni bercerita tentang kisah asmara Sawrono dan Pingkan, dua orang dosen muda Universitas Indonesia dengan jurusan yang berberbeda yakni antropologi dan sastra Jepang. Semuanya bermula ketika suatu hari tanpa sengaja Sarwono dan Budiman berkunjung ke rumah Toar sahabat karib mereka semasa SMA, kemudian disanalah mereka bertemu dengan Pingkan adiknya Toar untuk pertama kalinya, dan Sarwono telah jatuh hati padanya.

Suatu hari takdir membuat mereka terpisahkan oleh jarak dan suatu hari takdir juga yang mempertemukan mereka kembali, seiring berjalannya sang waktu mereka pun akhirnya sepakat untuk menjadi sepasang kekasih. Namun ternyata hubungan antara antropog yang biasa berpetualang di  Indonesia untuk menyelesaikan penelitiannya dengan gadis cerdas nan cantik jelita ini bukanlah hal yang mudah. Perbedaan latar belakang suku, kebudayaan, bahkan kepercayaan pun menjadi masalahnya. Sarwono merupakan pria yang asli bersuku Jawa sedangkan Pingkan bersuku campuran yakni Jawa dan Manado.

Bagaimana mungkin seseorang memiliki keingingan untuk mengurai kembali benang yang tak terkirakan jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang telah ditenunnya sendiri.

Dilema yang hadir di antara cinta mereka dipaparkan sang penulis dengan kompleks menggunakan gaya bahasa yang lebih mirip puisi, tidak secara langsung melainkan dengan berbagai-bagai perumpaan. Dengan berkonsentrasi kita akan mampu memahami alur cerita yang disajikan. Kalimat demi kalimat yang berpadu dengan syair-syair romantis akan membuat kita terpesona dan kagum pada cinta yang mereka miliki satu dengan yang lain. Namun perjuangan dan penantian tetaplah sesuatu yang membutuhkan akhir bahkan menuntut akhir yang bahagia. Hujan Bulan Juni, yang sang penulis maksudkan adalah sesuatu yang tidak ada, sesungguhnya juga ingin mengungkapkan bahwa yang mereka nantikan adalah sesuatu yang tak tahu apa dan bagaimana.

Cerita cinta Sarwono dan Pingkan dalam novel berakhir pada halaman ke 132 dan 133, sebuah puisi “Tiga Sajak Kecil” tertera di sana. Puisi yang ditujukkan untuk Pingkan sebagai ungkapan hatinya yang teramat dalam.

/iii/

kita tidak akan pernah bertemu :

aku dalam dirimu

 

tiadakah pilihan

kecuali di situ?

 

kau terpencil dalam diriku

 

 

Leave a comment