Hits: 7
Nurrafiqa
Judul : To Live (Hidup)
Penulis : Yu Hua
Penerjemah : Agustinus Wibowo
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2015
Copyright : 1993
Tebal : 224 hlm
Pijar, Medan. “To Live menulis tentang kemampuan manusia menahan penderitaan dan kesulitan, sebagai pandangan optimistis manusia terhadap dunia. Proses menulis ini membuat saya sadar, manusia hidup sesungguhnya adalah demi hidup itu sendiri dan manusia bukan hidup demi hal-hal lain diluar hidup,” Yu Hua (1998), dalam kata pengantarnya.
Yu Hua seorang penulis tamatan sekolah menengah yang bekerja tukang gigi selama lima tahun dan akhirnya memutuskan untuk menulis, pada tahun 2002 Yu Hua menjadi penulis China pertama yang memenangkan penghargaan bergengsi James Joyce Foudation Award. Karya kontroversial fenomenalnya, To Live telah diterjemahkan ke berbagai bahasa serta memenangkan banyak penghargaan. To Live kini diakui sebagai salah satu buku paling berpengaruh di China.
To Live mengangkat kisah sosok tani tua yang hidup bersama sapi tuanya, Fugui. Untuk terus hidup dalam kehidupan absurdnya Fugui telah melewati banyak realita hidup dan kematian. Hidup Fugui seolah dimaksudkan untuk menjadi saksi kematian, terus-menerus dihantam rentetan kematian hingga kematian itu sendiri menjadi jalinan kisah hidupnya. Awalnya Fugui adalah seorang tuan muda yang kelebihan harta. Anak tuan tanah tersohor yang menjalani hidupnya diselimuti kelembutan sutra, bermain di meja judi dan tidur di ranjang pelacur. Hingga akhirnya akibat kebodohan luar biasa Fugui kehilangan harta dan menjadi miskin dalam semalam.
Entah keberuntungan atau hanya kemalangan, berkat kemiskinannya justru nyawa Fugui berhasil selamat saat Komunisme menguasai China dan para tuan tanah malah menjadi musuh besar negara. Namun tidak cukup untuk menyelamatkan Fugui melihat kematian orang-orang terdekatnya, beragam jenis kematian disaksikannya ditengah hingar bingar dan kegilaan Revolusi China saat itu. Mulai dari kematian wajar ayah dan ibunya yang mati karena sakit dan menua atau putrinya yang mati ketika melahirkan hingga kematian konyol seperti penyet tertimpa atau mati karena kehabisan darah saat mendonor.
Kejayaan komunisme, perang Nasionalis dan Komunis, kebijakan-kebijakan keliru rezim, kelaparan dan semua akibat dari Revolusi Kebudayaan telah dirasakan dan dilalui Fugui namun ajaibnya ia masih hidup. Ketika hidup seperti telah merenggut segalanya dan tak menyisakan apapun, Fugui tua hidup berdua hanya dengan Fugui, sapinya yang juga tua sambil terus percaya hidup esok akan lebih baik lagi dari hidup hari ini. Fugui berbagi nama dan kegetiran hidup bersama sapinya.
Melalui hidup seorang Fugui, Yu Hua dengan kata-katanya yang polos menggambarkan dengan jujur tanpa terkesan dimanis-maniskan bagaimana kehidupan penuh absurditas rakyat kelas bawah China pada masa Revolusi. Dengan bantuan karakter-karakter lain dalam buku ini, entah bagaimana Yu Hua mampu menyampaikan filosofi sederhana hidup dengan begitu realistis dalam wujud kata-katanya yang polos dan terkadang vulgar.
Buku ini mengangkat topik Revolusi Kebudayaan China dan kritikan kebijakan pada masa itu sebagai latar belakang kehidupan Fugui, karenanya To Live menjadi karya kontroversial di negeri asalnya. Bahkan To Live sempat dilarang beredar oleh pemerintah China karena dianggap mengangkat isu yang terlalu sensitif, meskipun akhirnya segera menjadi karangan best seller dan menjadi buku paling berpengaruh di China dalam dekade terakhir ini.
Pada tahun 1994, sutradara Zhang Yimau mengangkat cerita dalam buku ini sebagai filmnya dengan plot dan judul yang sama. Namun sayang, film tersebut dilarang beredar di China, sutradara Zhang Yimau pun dilarang oleh pemerintah China untuk terlibat dalam pembuatan film selama dua tahun.
Jika sobat Pijar membaca buku ini, mungkin sulit membayangkan negeri yang saat ini disebut-sebut sebagai salah satu negara super power dan disandingkan dengan Amerika Serikat, hanya sekitar lima puluh tahun yang lalu sempat mengalami krisis luar biasa akibat kebijakan yang mungkin keliru pada saat itu.