Hits: 48

Nur Fitriyani S

PIJAR, Medan. Rantau Satu Muara merupakan buku ketiga dari trilogi Negeri 5 Menara yang ditulis oleh Ahmad Fuadi. Jika buku pertama bercerita tentang kehidupan Alif sebagai seorang santri. Maka buku ketiga ini bercerita kehidupan Alif dalam pekerjaan dan pendidikan S2-nya.

Alif yang baru menamatkan sekolahnya mulai menghadapi kehidupan keras yang sebenarnya. Bagaimana harus bertahan hidup di Bandung sementara ia belum mendapatkan pekerjaan. Krisis yang terjadi pada tahun 1998 menyebabkan banyak perusahaan tidak menerima pekerja baru. Dengan usaha yang pantang menyerah, akhirnya ia diterima sebagai reporter baru di Majalah Derap. Sebuah media cetak yang sempat mengalami pembredelan dan mulai terbit kembali segera setelah reformasi.

Sebagai reporter baru, Alif dan kawan-kawannya hanya memiliki waktu enam bulan untuk membuktikan diri. Selama enam bulan tersebut, kinerja mereka akan  dinilai kelayakannya untuk tetap bergabung dengan Derap.

Derap merupakan sebuah media yang sangat dipercaya karena berani mengungkapkan fakta yang biasanya ditutup-tutupi oleh media lain. Dalam kalangan sesama wartawan, wartawan Derap juga disegani karena dipercaya tidak akan menerima suap.

Kata ‘amplop’ merupakan perwakilan dari segala bentuk sogokan dalam dunia jurnalistik. Sang Aji atau yang sering dipanggil Mas Aji, pendiri Derap, selalu menekankan kepada wartawannya untuk tidak menerima segala bentuk sogokan. Jika wartawan yang menerima amplop segan mengembalikan amplop tersebut secara langsung, maka sekretaris redaksi yang akan mengirimkannya kepada pemberi dengan surat resmi.

Setiap hari senin, diadakan rapat redaksi. Tiap peserta rapat diharuskan memberikan usulan berita yang akan diliput. Semua usulan akan dibahas kelayakannya untuk diliput. Pengusul yang tidak dapat mempertahankan usulannya harus menelan ludah karena idenya tidak disetujui. Hal ini bisa terjadi pada usulan siapa saja, bahkan usulan Mas Aji sendiri kerap tidak disetujui. Dalam rapat, reporter dituntut untuk dapat kritis menilai sebuah berita. Alasan suatu hal layak untuk diliput.

Dalam proses liputan, reporter tidak boleh ditraktir oleh narasumber. Bagi reporter yang memiliki janji untuk wawancara di rumah makan, akan disediakan dana khusus untuk menraktir narasumber. Dana tersebut akan disesuaikan dengan jumlah reporter, narasumber dan harga rata-rata makanan di rumah makan yang dituju.

Diruang redaksi Derap juga disediakan papan ‘Otokritik’. Sebuah papan demokrasi, dimana setiap orang berhak memberikan kritik. Diperbolehkan untuk mengkritik siapa saja, termasuk atasan. Papan ini ditujukan bagi mereka yang merasa tidak puas dengan tulisan yang ia baca di majalah mereka.

Dalam upayanya melanjutkan jenjang pendidikan S2, Alif mendapat dukungan dari Derap. Alif mendapatkan ijin cuti selama ia sekolah di Amerika. Tentunya dengan syarat ia menjadi koresponden Derap untuk Amerika Serikat.

Bersama istrinya Dinara, yang juga rekannya sewaktu di Derap, Alif melanjutkan pendidikannya di George Washington University. Setelah wisuda, Alif diterima bekerja di sebuah kantor berita internasional, American Broadcasting Network. Dimana Dinara telah diterima bekerja sebelumnya.

Tom Watson, Chief of Service ABN, yang telah mengakui reputasi Derap memberikan kepercayaan kepada Dinara dan Alif dalam mengembangkan gaya liputan ala Derap. Mereka juga didukung untuk mengambil kursus profesional untuk mengembangkan kemampuan jurnalistik mereka. Tampak jelas, reporter yang memiliki kinerja dan kemampuan yang baik sangat dihargai di Amerika.

Segala kemapanan dan kenyamanan tinggal dinegara orang ternyata tidak menutup kerinduan Alif dan Dinara untuk kembali ke Indonesia. Setelah melewati diskusi panjang akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan tidak kembali lagi ke Amerika. Sebuah keputusan yang mengejutkan rekan kerjanya, karena selama ini mereka tidak pernah mengalami masalah dengan imigrasi dan lainnya. Namun keputasn mereka telah bulat. Meski tawaran untuk bekerja di kantor berita internasional yang terletak di London telah terbuka lebar, tetap saja Alif bersikukuh untuk pulang ke Indonesia.

Sempat mengalami kekhawatiran akan bagaimana mereka hidup nantinya di Jakarta, sebuah tawaran kembali dihadapkan. Hanya saja kali ini sangat bersahabat. Mereka mendapat tawaran menjadi special representative ABN di Jakarta dengan kompensasi yang sama seperti mereka dapatkan di Indonesia.

Mereka pun benar-benar pulang ke Indonesia tanpa kekhawatiran apapun. Perjalanan hidup yang sangat bermanfaat di negara orang. Semua usaha yang di lakukan Alif sejak sekolah dulu tidak sia-sia. Dalam trilogi Negeri 5 Menara kita diajarkan untuk bermimpi setinggi mungkin dan berusaha selebih mungkin. Karena orang yang kuat memperjuangkan mimpinya akan mendapatkan kenyataan yang sangat indah melebihi mimpi tersebut.

Leave a comment