Hits: 38

Pijar, Medan- Mengecap pendidikan hingga Perguruan Tinggi adalah impian seluruh anak bangsa, predikat sebagai mahasiswa pun terdengar sangat membanggakan. Mengingat biaya pendidikan dewasa ini terbilang mahal dan tidak semua anak bangsa berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang akhir pendidikan yakni kuliah. Bagi sebagian mahasiswa, kuliah merupakan masa-masa yang dapat digunakan untuk belajar sebaik mungkin guna menggapai impian tetapi ada juga yang menganggap bahwa status sebagai mahasiswa merupakan kesempatan untuk mengabdi kepada negara.
Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan hal yang paling vital bagi seorang mahasiswa karena hal tersebut merupakan dasar tanggung jawab dan seharusnya disadari oleh semua mahasiswa agar terlahir sebagai mahasiswa yang berkualitas. Memanfaatkan pendidikan dan pengajaran yang kemudian dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan sehingga ilmu yang diperoleh dapat digunakan tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat. Pendidikan merupakan pondasi bagi setiap individu untuk menentukan arah hidupnya. Perguruan Tinggi merupakan masa yang paling bergelora untuk mengasah pengetahuan dan kemampuan.
Organisasi yang ada di kampus juga dapat dimanfaatkan untuk menempah jati diri seorang mahasiswa. Macam-macam pula tujuan dan ideologinya namun organisasi tersebut tidak terlepas dari pemanfaatannya sebagai sarana lain pendidikan guna memenuhi kebutuhan minat dan bakat mahasiswa diluar jam kuliah. Selain itu, organisasi merupakan laboratorium untuk menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta menempah kemampuan Leadership.
Seperti misalnya sekumpulan mahasiswa yang mengatasnamakan dirinya sebagai Front Mahasiswa Nasional (FMN) yang menyelenggarakan Panggung Rakyat Mahasiswa dalam rangka memperingati Hari Buruh dan Pendidikan 2013. FMN merupakan salah satu organisasi yang ada di kampus Universitas Sumatera Utara yang berkonsentrasi pada gerakan-gerakan yang memperjuangkan kepentingan mahasiswa serta rakyat kecil. Acara yang yang dilaksanakan di halaman kantor Pemerintahan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (PEMA USU) ini dihadiri oleh sejumlah elemen masyarakat yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat Tertindas (FPRT). Tidak hanya dihadiri oleh para mahasiswa dari berbagai organisasi yang ada di USU tetapi juga dihadiri oleh mahasiswa dari banyak perguruan tinggi yang ada di Kota Meda. Selain itu hadir pula kaum buruh, tani dan juga didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan.

Jika pada umumnya mahasiswa melakukan aksi orasi dalam menyampaikan pendapatnya, sesuatu yang berbeda justru disajikan dalam acara yang bertemakan Panggung Rakyat Mahasiswa. Para mahasiswa memadukan seni dan orasi dengan cara “unjuk gigi” untuk memperlihatkan kemampuannya dalam bernyanyi, membaca puisi dan melakukan aksi drama yang menggambarkan realita masyarakat saat ini. Hal tersebut dilakukan sebagai momentum hari buruh sekaligus sebagai momentum untuk mengembalikan semangat seni anak bangsa.
Hari buruh (May Day) yang jatuh pada 1 Mei selalu menjadi momentum yang sangat menarik, tidak hanya di Indonesia tetapi juga diseluruh dunia. Kaum buruh dianggap sebagai kaum yang ter-marjinal-kan akibat sistem kerja yang berlaku saat ini, dimana pemerintah dianggap lebih pro terhadap pengusaha dan belum terlalu memperhatikan hak-hak buruh. Berangkat dari keprihatinan ini sebagai kaum intelektual, hal tersebut merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengabdi kepada masyarakat lewat seni dan budaya. Menurut pimpinan aksi Panggung Rakyat Mahasiswa, Rahmat Panjaitan mengatakan bahwa mahasiswa tidak hanya wajib belajar di perguruan tinggi tetapi juga wajib peduli terhadap fenomena sosial yang terjadi ditengah masyarakat.
“ Sebagai mahasiswa, mari tunjukkan ilmu pengetahun kalian tidak hanya untuk mencari pekerjaan tetapi juga berkontribusi untuk masyarakat. Karena mahasiswa adalah pelopor bangsa,” ujarnya berapi-api saat ditemui di kantor PEMA USU (30/4).
Para pengunjung yang datang ke acara Panggung Rayat Mahasiswa tersebut tampak bernyanyi, berjoget bersama mengikuti irama musik yang disajikan oleh mahasiswa yang tampil di atas panggung pada sore itu. Tidak terkecuali kaum tani yang hadir di acara tersebut juga turut hanyut dalam suasana gembira. Tetapi sontak semangat mereka kian berkobar saat salah seorang penampil membacakan puisi yang bertemakan perjuangan. Tampak guratan kekecewaan dan semangat yang dilakonkan oleh seorang perempuan yang membacakan puisi tersebut.
Salah seorang petani bernama Rakhmat (77) mengatakan bahwa dirinya bangga melihat semangat pemuda yang tertuang dalam acara Panggung Rakyat Mahasiswa tersebut. Menurutnya, kepedulian mahasiswa terhadap nasib masyarakat merupakan angin segar karena mahasiswa merupakan kalangan terdidik yang berperan sebagai “penyambung lidah” rakyat kecil kepada pemerintah.
“Mahasiswa yang ada disini adalah mahasiswa yang peduli dan mereka menggunakan ilmu pengetahuan yang mereka miliki untuk disumbangkan kepada masyarakat. Ya seperti saat ini lewat acara seperti ini,” ujarnya. [nk]