Hits: 115
Pijar, Medan. Saat mengetahui 5cm akan difilmkan, hal yang pertama kali ada dalam benak saya adalah apakah film ini akan sebagus novelnya. Hal yang biasa menjadi kekhawatiran sendiri bagi penikmat film. 5cm merupakan sebuah film yang diadaptasi dari novel karya Donny Dirgantoro dengan judul yang sama. Pada saat pembuatan filmnya, novel ini telah memasuki cetakan ke dua puluh lima. Sebuah pencapaian yang luar biasa.
Film ini dibuka dengan narasi oleh Zafran, seorang pujangga yang dipanggil Juple oleh teman-temannya. 5cm bercerita tentang lima orang yang telah lama menjadi sahabat. Zafran diperankan secara apik oleh Herjunot Ali. Sedang tokoh lain, Genta oleh Fedi Nuril, Riani oleh Raline Shah, Arial oleh Denny Sumargo, dan Ian oleh Igor “Saykoji”. Terlalu sering bersama, membuat kelimanya tak lagi memiliki hal baru untuk dilakukan. Kemudian Genta, mengusulkan agar mereka berpisah sementara waktu dan bertemu kembali dalam sebuah kejutan yang telah ia siapkan. Banyak hal yang terjadi saat mereka berpisah, seperti Ian yang kemudian mengurus skripsi dan berhasil menyelesaikan sidang meja hijaunya Lalu Arial yang kemudian berani untuk berkenalan dengan Indy, perempuan yang sering ditemuinya di tempat Gym, dan Genta yang berhasil menjalankan beberapa event besar. Hingga akhirnya pada waktu yang telah ditentukan, mereka kembali bertemu di Stasiun Senen, untuk sebuah perjalanan.
Penokohan yang apik, seting yang memukau dan alur cerita yang menarik menjadi kelebihan film ini. Hamparan pemandangan Kota Malang, dan Gunung Semeru pun memanjakan penonton. Mimpi, persahabatan dan cinta tanah air menjadi nilai yang ditanamkan dengan jelas dalam film garapan Rizal Mantovani ini. Soundtrack yang dibawakan oleh Nidji pun turut menyempurnakan film ini. Sejak film ini dirilis pada 12 Desember lalu, pujian terus mengalir untuk para pemain dan penulis novelnya. Ada begitu banyak kalimat inspiratif yang dikemukakan dalam film ini, sama seperti novelnya.
“… yang kita perlukan hanyalah kaki yang akan melangkah lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan melihat lebih lama, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, tekad yang setebal lapisan baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras serta mulut yang selalu berdoa.”
Pengambilan gambar pemandangan dari perjalanan ini turut membuat saya kagum pada keindahan alam yang dimiliki negeri ini. Mulai dari perjalanan dengan kereta api dan masyarakat yang dinampakkan begitu natural, hamparan sawah, lereng gunung, dan danau membuat penonton seakan turut dalam film tersebut. Ada sebuah kalimat yang membuat saya tersenyum sendiri, yakni saat Ian (Igor Saykoji) mengutarakan keinginannya untuk tetap tinggal di Indonesia dan tak jadi melanjutkan sekolah ke Manchester, Inggris. “Gue pake tanahnya, gue minum airnya, masak gue ada terimakasihnya sih,” sebuah teguran tentang betapa harusnya kita mencintai dan memajukan negeri ini. Cerita yang ditawarkan benar-benar inspiratif dan menghibur.
Setiap kamu punya mimpi atau keinginan atau cita-cita, kamu taruh disini, di depan kening kamu, jangan menempel. Biarkan dia menggantung, mengambang 5 sentimeter di depan kening kamu, jadi dia enggak akan pernah lepas dari mata kamu. [daa]