Orkestra Manis Golden Age Thinking

Hits: 2

 Nostalgia is denial – denial of the painful present.”Paul (Midnight in Paris)

Sutradara        : Woody Allen
Penulis           : Woody Allen
Pemain           : Owen Wilson, Rachel McAdams, Tom Hiddleston, Marion Cotillard, Adrien Brody

Pijar, Medan. Anda bercita-cita ke Paris? Anda pecinta sastra? Atau pernah merasa hidup di zaman yang salah? Anda yang merasakan hal tersebut akan segera jatuh cinta pada film arahan Woody Allen ini. Selain  menampilkan akting yang memukau, pemandangan indah kota Paris, film ini juga dipenuhi diskusi-diskusi cerdas mengenai sastra, sejarah patung bahkan lukisan.

Midnight in Paris bercerita tentang seorang penulis naskah film sukses bernama Gil Pender (Owen Wilson) yang berlibur ke Paris bersama tunangannya Inez (Rachel McAdams), dalam perjalanan ini orang tua Inez (diperankan Kurt Fuller dan Mimi Kennedy) ikut juga. Gil sendiri sedang berusaha keluar dari zona aman dan berusaha menyelesaikan novel pertamanya. Namun, usaha itu tidak berjalan mulus karena Gil sering kehabisan ide. Akan tetapi, keindahan kota Paris yang menghipnotis dan magis akan memberikan inspirasi bagi Gil dalam sebuah cara yang tidak akan pernah diduga sebelumnya.

Suatu malam Gil memutuskan tidak ikut serta berpesta bersama Inez dan dua sahabatnya Paul (Michael Sheen) dan Carol Bates (Nina Arianda).  Dia memilih untuk mengelilingi kota Paris di malam hari untuk mencari inspirasi, dan mulai menemukan keanehan. Ia dijemput sebuah mobil kuno menuju sebuah pesta yang akhirnya mempertemukan dirinya dengan para seniman legendaris seperti Cole Porter (Yves Heck), dan pasangan penulis  Scott (Tom Hiddleston) dan Zelda Fitzgerald (Alison Pill). Entah bagaimana, Gil telah melakukan time travel ke Paris di tahun 1920-an. Selanjutnya ia bertemu dengan beberapa orang terkenal lain, misalnya Ernest Hemingway yang karismatik (Corey Stoll), Gertrude Stein (Kathy Bates), Pablo Picasso (Marcial Di Fonzo Bo) beserta wanita simpanannya, Adriana (Marion Cotillard), Salvador Dali (Adrien Brody), serta T.S. Eliot.

Gil yang pada awalnya tidak percaya akan nasibnya pada akhirnya malah ngobrol-ngobrol dengan Hemingway, mendapati draf novelnya dikoreksi oleh Ms. Stein, dan terpesona oleh kecantikan dan semangat Adriana. Pada akhirnya diantara semua wajah baru tapi lama yang ia kenal, Gil secara mulai jatuh hati kepada Adriana. Gejolak asmara baru itu turut menghadirkan berbagai pertanyaan kepada Gil mengenai hubungan yang ia jalin saat ini bersama Inez.

Woody Allen bersama bintang film “Midnight in Paris” lainnya

Lewat ceritanya,  Allen ingin menyampaikan pesan bahwa seseorang tidak seharusnya terpaku di masa lalu. Masa lalu adalah sebuah tempat dan waktu yang tepat untuk mempelajari dan memberikan sebuah inspirasi namun tidak harus dijadikan sebuah panduan hidup di masa sekarang. Pesan tersebut jelas terbaca dari awal Midnight in Paris bergulir. Namun, Allen menghadirkan pesan tersebut lewat jalan yang begitu imaginatif. Ia tidak hanya menghadirkan berbagai karakter legendaris dan membuat sebuah twist cerita yang segar. Allen juga berhasil menghadirkan kisah tersebut dalam tempo sedang yang begitu manis untuk terus diikuti penontonnya.

Hal ini bukan tanpa masalah. Banyaknya karakter yang dihadirkan di dalam jalan cerita film ini akan membuat sebagian orang tersesat ke dalam jalinan cerita Midnight in Paris. Khususnya ketika Allen gagal untuk menggali kehadiran beberapa karakter dan terkesan menampilkan karakter-karakter tersebut hanya sebagai tempelan. Penonton yang tidak memiliki referensi seni yang dalam akan sulit memahami dialog yang digunakan dalam film ini. Meski begitu, Midnight in Paris memang tidak harusnya dinikmati secara serius. Penonton cukup membiarkan diri mereka larut dalam aliran imajinasi yang dijalani oleh  Gil Pender untuk kemudian dibawa pada berbagai keindahan sudut kota Paris dan segala intrik problemanya yang bernuansa romantis.

Allen juga memilih aktor dan aktris yang sangat tepat untuk menghidupkan jalan cerita yang ia bawakan. Owen Wilson sebagai pemeran utama berhasil menghapus citranya sebagai seorang aktor yang hanya mampu berperan untuk peran-peran komikal menjadi satu sosok pria yang romantis. Karakter-karakter pendukung  yang diperankan Rachel McAdams, Marion Cotillard, Adrien Brody, Kathy Bates, Carla Bruni hingga Michael Sheen yang walaupun tidak menonjol namun mampu melengkapi potongan-potongan karakter yang ada di dalam jalan cerita Midnight in Paris dan menjadikannya sebagai sebuah kesatuan cerita yang begitu hangat untuk dinikmati. Midnight in Paris untungnya adalah sebuah drama komedi romantis yang mampu tampil tepat di setiap nada penceritaannya maupun tata visual dan musiknya. Mampu memanfaatkan suasana romansa yang dihasilkan kota Paris dengan baik dan didukung oleh penampilan solid para pengisi departemen akting film ini, Midnight in Paris adalah sebuah karya yang dipastikan akan meninggalkan senyuman lebar di bibir setiap penontonnya seusai mereka menyaksikan film ini. [frydo]

Leave a comment