Hits: 37
Nabila
Pijar Medan. When Life Gives You Tangerines, serial drama Korea terbaru yang tayang di Netflix sukses menyita perhatian penonton global. Serial ini terdiri dari 16 episode, dimana episode pertama tayang pada 7 Maret 2025 dan episode terakhir pada 28 Maret 2025.
Dibintangi oleh dua nama besar yaitu, IU (Lee Ji-eun) dan Park Bo-gum, serial drama ini membawakan cerita haru dengan kedalaman naratifnya yang menyentuh hati. Lewat kisah sederhana tentang cinta, keluarga, dan mimpi, serial ini menyajikan refleksi yang kuat tentang kehidupan manusia.
Disutradarai oleh Kim Won-seok, yang dikenal lewat karya-karya bernuansa emosional seperti Misaeng dan My Mister, serial ini membentangkan alur berlapis-lapis, dari tahun 1950-an hingga masa kini. Dengan latar Pulau Jeju yang tenang namun menyimpan banyak luka tersembunyi, When Life Gives You Tangerines tidak hanya menawarkan keindahan visual, tetapi juga kedalaman cerita yang membekas.
Kisah ini berfokus pada Oh Ae-sun, seorang gadis kelahiran Jeju pada tahun 1951 yang tumbuh dalam keluarga penyelam tradisional yang disebut “Haenyeo”. Hidupnya dipenuhi dengan keterbatasan, mulai dari ekonomi, pendidikan, dan tekanan sosial yang ketat. Namun, Ae-sun menyimpan mimpi besar untuk menjadi seorang penyair. IU membawakan karakter ini dengan sangat menyentuh. Ia mampu menunjukkan sisi rapuh Ae-sun, tanpa kehilangan semangat juangnya. Ae-sun adalah representasi dari perempuan yang berani bermimpi, meski dunia seakan terus menolaknya.
Di sisi lain, ada Yang Gwan-sik, teman masa kecil Ae-sun yang pendiam. Seorang anak penjual ikan yang dikenal sebagai atlet muda berbakat. Gwan-sik adalah pria yang mencintai Ae-sun dalam diam. Ia bukan tokoh romantis ala drama pada umumnya. Ia tidak puitis, tidak ekspresif tetapi justru hadir secara konsisten dalam hidup Ae-sun. Park Bo-gum berhasil menampilkan karakter Gwan-sik dengan penuh ketenangan, menjadikan sosoknya sebagai lambang cinta yang tulus dan tidak mengikat.
Melalui hubungan mereka, serial ini mengajarkan bahwa cinta tidak harus meledak-ledak dan tidak selalu ditunjukkan dengan kata-kata. Terkadang, cinta yang paling dalam justru hadir dalam keheningan dan pengorbanan kecil yang tidak terlihat.
Judul When Life Gives You Tangerines merupakan permainan kata dari pepatah bahasa Inggris terkenal, yaitu “When life gives you lemons, make lemonade”. Tetapi, alih-alih menggunakan lemon sebagai buah yang sering diasosiasikan dengan kepahitan, drama ini memilih buah tangerine, yaitu buah khas Pulau Jeju sebagai simbol kehidupan.
Tangerine di sini menjadi metafora yang dalam. Buah kecil yang tampak manis, tapi tidak selalu terasa demikian. Seperti hidup itu sendiri, terlihat indah di luar, tetapi bisa menyimpan rasa getir di dalamnya. Setiap babak kehidupan Ae-sun diibaratkan seperti mengupas kulit tangerine, di mana ia harus melewati lapisan demi lapisan, mulai dari luka, kekecewaan, hingga harapan.
Lebih dari sekadar kisah cinta, serial ini juga berfungsi sebagai dokumentasi emosional kehidupan masyarakat Jeju pasca perang Korea. Budaya Haenyeo yang keras dan maskulin, sistem patriarki yang membatasi perempuan, serta akses pendidikan yang timpang menjadi latar yang kuat. Isu-isu sosial seperti perceraian, tekanan terhadap perempuan, dan kesenjangan kelas sosial diangkat dengan cara yang tidak menggurui, tetapi ikut larut dalam dilema dan emosi para karakternya. Kita tidak sekadar menonton cerita Ae-sun, kita ikut hidup bersamanya.
Salah satu elemen paling menyentuh dari serial ini adalah hubungan Ae-sun dan Gwan-sik dengan anak mereka. Di tengah luka masa lalu, ketidakpastian masa depan, dan kehidupan yang tidak ideal, mereka tetap berusaha menjadi orang tua yang penuh kasih. Bukan kasih sayang yang dramatis, tetapi hadir dalam bentuk sederhana, seperti menyimpan puisi secara diam-diam, atau memeluk tanpa banyak kata.
Anak mereka menjadi simbol harapan baru. Dalam dirinya terkandung keinginan kedua orang tua untuk memutus rantai luka. Di balik segala penderitaan dan rasa kehilangan, masih ada hal yang layak diperjuangkan. Anak itu adalah tangerine kecil mereka yang manis, sehingga harus dijaga dengan hati-hati.
Secara sinematografi, serial ini tampil sangat kuat. Pulau Jeju yang biasanya digambarkan romantis dan cerah, di sini tampak lebih kelabu dan sunyi. Warna bumi, kabut pagi, deburan ombak, serta rumah-rumah desa tua menjadi bagian dari kisah emosional yang senyap namun menusuk.
When Life Gives You Tangerines adalah serial yang mengajak penonton merenung tentang masa muda, cinta yang diam-diam tumbuh, luka yang dibawa hingga tua, serta betapa pentingnya seseorang yang mau mendengar dan hadir.
Serial ini layak ditonton oleh berbagai kalangan remaja yang sedang mencari jati diri, orang tua yang sedang belajar memahami anaknya, hingga siapa pun yang pernah merasa kesepian dalam keramaian. Karena dalam hidup, terkadang kita hanya perlu satu jeruk, satu pelukan, dan satu orang yang benar-benar peduli.
(Redaktur Tulisan: Dwi Garini Oktavianti)