Hits: 40
Khairun Nisa Lubis
Pijar, Medan. Ceker ayam mungkin bukan bagian ayam yang terlihat paling menggugah selera pada pandangan pertama. Tetapi, setelah diolah menjadi ceker mercon yang pedas membara, digoreng renyah, atau disajikan dalam kuah kaldu hangat, siapa yang bisa menolak? Teksturnya yang kenyal dan rasa gurihnya memang membuat banyak orang jatuh cinta. Namun, di balik kelezatannya, muncul pertanyaan: sebenarnya, ceker itu sehat atau tidak sih?
Sebagai bagian dari kaki ayam, ceker sering kali dicap sebagai bagian tubuh yang “kotor”. Wajar saja, karena fungsinya memang untuk berjalan dan menginjak tanah. Banyak yang merasa geli ketika membayangkan untuk memakan bagian tubuh yang menyentuh tanah dan kotoran setiap hari.
Meski demikian, sebenarnya ceker dapat menjadi makanan yang aman dikonsumsi, sama seperti bagian ayam lainnya. Dengan proses pembersihan dan pengolahan yang benar, seperti memotong kukunya, mengupas kulit terluar, serta merebus ceker dengan air panas dan rempah.
Menariknya, ceker ternyata punya manfaat gizi yang cukup mengejutkan. Dilansir dari alodokter.com, ceker mengandung berbagai nutrisi penting seperti protein, kalsium, zat besi, folat, dan vitamin A yang baik untuk tubuh.
Ceker ayam juga kaya akan kolagen, sekitar 70% protein dalam ceker ayam adalah kolagen. Inilah yang membuatnya kerap digunakan sebagai bahan dasar kaldu tulang atau bone broth, minuman kaya manfaat yang tengah naik daun karena diyakini bisa membantu penyembuhan jaringan tubuh, meredakan nyeri sendi, hingga meningkatkan daya tahan tubuh.
Selain kolagen, ceker juga mengandung kalsium, magnesium, glukosamin, dan kondroitin, yang sangat dibutuhkan tubuh, terutama seiring bertambahnya usia.
Dikutip dari tempo.co, terdapat penelitian dari National Chung-Hsing University di Taiwan yang menunjukkan bahwa kolagen dari ceker ayam memiliki kualitas tinggi. Manfaat ini bahkan bisa membantu memperlambat penuaan kulit, menjaga kelembapan, serta mendukung pertumbuhan rambut dan kuku. Karenanya, tak jarang banyak pecinta hidup sehat yang rutin mengonsumsi kaldu ceker sebagai asupan tambahan kolagen alami.

(Sumber Foto: shutterstock.com)
Terlepas dari banyaknya orang yang menyukai ceker mercon atau goreng tepung, pengolahan semacam itu sebenarnya dapat mengurangi nilai gizi dan menambah kadar lemak, minyak, serta natrium. Sebaliknya, hal ini akan meningkatkan risiko hipertensi atau kolesterol tinggi.
Cara paling sehat mengonsumsi ceker adalah dengan merebus atau mengukusnya, lalu menjadikannya kaldu bening tanpa banyak tambahan bumbu instan. Kaldu dari ceker yang dimasak perlahan selama beberapa jam bisa menjadi alternatif yang sehat, terutama jika dimasak tanpa tambahan penyedap rasa atau garam berlebih.
Meskipun bukan sumber protein utama seperti dada ayam, ceker tetap bisa menjadi bagian dari pola makan yang seimbang jika dikonsumsi dalam jumlah wajar. Bagi pencinta ceker, tak perlu merasa bersalah selama memperhatikan porsinya dan cara pengolahannya.
Jadi, apakah ceker itu sehat? Jawabannya adalah tergantung. Jika kotor dan tidak diolah dengan higienis, tentu saja berisiko. Tetapi, jika dibersihkan dan dimasak dengan baik, justru bisa menjadi sumber manfaat yang tak terduga.
Di balik tampilannya yang mungkin tak menarik bagi sebagian orang, ceker ternyata punya nilai gizi yang bisa bersaing dengan bagian ayam lainnya. Selama kamu menikmatinya dengan bijak, tak ada salahnya sesekali menyantap si kecil gurih nan kenyal ini.
(Redaktur Tulisan: Kelly Kidman Salim)