Hits: 46
Lainatus Syifa Hasibuan
Pijar, Medan. Film adalah cerminan bangsa. Melalui sinema, Indonesia tidak hanya bercerita, tetapi juga merekam perjalanan budaya, merawat tradisi, dan memperkenalkan jati diri ke dunia.
Lebih dari sekadar hiburan, film menjadi rekam jejak peradaban. Karena itu, Indonesia menetapkan tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional untuk mengenang lahirnya film nasional pertama yang sepenuhnya dibuat oleh sineas Indonesia, yakni Darah dan Doa (1950), karya Usmar Ismail.
Dalam rangka memperingati Hari Film Nasional ke-75 pada tahun ini, Badan Perfilman Indonesia (BPI) mengusung tema “Sejuta Kisah, Satu Indonesia”. Ketua umum BPI, Gunawan Paggaru menyatakan bahwa tagline ini menegaskan peran film sebagai ruang kolaborasi bagi semua pihak dalam upaya bersama untuk memperjuangkan kemajuan perfilman nasional.
“Film adalah bagian dari kehidupan dan sejarah bangsa. Setiap kisah yang diangkat dalam film Indonesia adalah potret kehidupan yang menyatukan masyarakat. Tema ‘Sejuta Kisah Satu Indonesia’ menegaskan bahwa film adalah ruang kolaborasi bagi semua pihak—filmmaker, penonton, akademisi, industri, dan pemerintah—untuk bersama-sama memperjuangkan kemajuan perfilman nasional,” papar Gunawan, dikutip dari laman www.bpi.or.id.
Gunawan juga menegaskan bahwa Hari Film Nasional bukan sekadar perayaan, tetapi upaya memperkuat identitas melalui film. Tema tahun ini mencerminkan keberagaman budaya yang harus direpresentasikan dalam perfilman nasional.
“Dibuatnya tema ‘Sejuta Kisah, Satu Indonesia’ ini berangkat dari semangat bahwa Hari Film Nasional itu adalah cita-cita. Cita-cita pertama adalah identitas, kita punya beribu bahasa dan kita punya hak untuk mengangkat itu semua. Cita-cita kedua adalah mengembangkan industri perfilman kita di seluruh Nusantara. Artinya, kita memanfaatkan potensi-potensi yang ada di daerah,” jelasnya dalam Karyawan Film dan Televisi (KFT) Talk bersama Gunawan Paggaru.
Gunawan menekankan bahwa perayaan ini menjadi ajang refleksi terhadap peran film sebagai media diplomasi budaya yang memperkenalkan Indonesia ke dunia. Sebagai bukti nyata dari peran film dalam mengangkat budaya Indonesia ke panggung dunia, sejumlah karya sineas Tanah Air telah mendapatkan apresiasi di berbagai festival internasional.
Film Kucumbu Tubuh Indahku (2018) yang mengangkat kisah penari Lengger meraih penghargaan di Venice Film Festival dan Asian Film Awards. Before, Now & Then (Nana) (2022), yang mengangkat latar budaya Sunda, juga mendapat pengakuan di Berlinale dan penghargaan lain yang semakin mempertegas eksistensi perfilman Indonesia di panggung dunia.
Hari Film Nasional 2025 bukan sekadar perayaan, tetapi momentum bagi seluruh elemen perfilman untuk terus berkarya, merawat budaya, dan membawa Indonesia lebih jauh di panggung dunia. Sejuta kisah telah lahir, dan satu Indonesia akan terus bersuara melalui sinema.
(Redaktur Tulisan: Kelly Kidman Salim)