Hits: 4

Farah Asy-syifa

Aku punya cerita, tentang sebuah rumah yang terbuat dari sinar matahari dan batang-batang pohon jati. Rumah itu, dahulunya, tersembunyi di balik daun-daun bunga liar yang tumbuh searah jarum jam. Konon katanya, bunga itu tahu kapan waktu terbaik untuk tunduk dan kapan waktu terbaik untuk menari.

Menurut pernyataan burung hantu yang menjaga, rumah ini yang terakhir dibangun di antara balok-balok beratap itu. Pantas saja, saat ditemukan, rumah itu menyambut siapapun dengan baik, mungkin angin-angin yang berlalu-lalang sedang bahagia saat rumah itu pelan-pelan rampung.

Rumah dengan warna krem mendekati putih itu diwarnai dengan sari-sari buah hutan, yang dibawa oleh rusa yang sengaja mampir. Di dalamnya, ada 4 kamar tidur, 1 dapur, 3 kamar mandi, 1 ruang tamu, dan 1 ruang berkumpul untuk penghuni hutan.

Setiap matahari sudah terlihat di balik daun-daun pohon penjaga rumah, akan datang segerombolan anjing yang meramaikan rumah itu. Mereka mulai dari ruang tamu, dapur, lalu ke halaman belakang, tempat bunga penari mengajar rumput-rumput bergerak.

Tidak ada hari buruk sekali di rumah itu. Hari buruk ada, sesekali, tetapi gorden-gorden yang tergantung di depan jendela sangat tahu cara menghibur. Akan tetapi, serat yang dimilikinya bisa mengeluarkan suara. Lembaran gorden itu lihai bergantian bersuara, menunjuk serat mana yang maju dan tak sadar telah menciptakan lagu yang menenangkan hati. Siapa yang sangka, lagu-lagu mereka dapat didengar oleh kuda nil di kampung tetangga (kelinci yang cerita tentang ini, katanya kalau kita bertemu, lain kali dia akan cerita lebih lengkap).

Pada saat-saat tertentu, matahari gemar datang berkunjung. Dia tak sadar dirinya yang besar bisa membuat siapa saja berkeringat kepanasan. Akan tetapi mereka semua tetap sayang kepada matahari. Maka, rumah itu menawarkan solusi yang disetujui seluruh penghuni hutan ini, termasuk burung kakaktua. Ada mesin pembuat es serut serta bahan-bahan pelengkap lainnya di dapur! Teriak kucing belang cokelat tua saat menemukan harta karun itu.

Jika malam sudah tiba, semua penghuni hutan suka berkumpul di ruang berkumpul, sambil bercakap-cakap tentang hari mereka. Rubah oranye yang paling semangat untuk bercerita. Sedangkan yang lainnya akan mendengar dengan posisi bersandar satu sama lain.

“Jadi gimana? Mau kan, kos di sini?”

Jabat tangan antara aku dan kepiting kaki sepuluh itu disaksikan oleh bunga warna biru berduri di sekeliling pagar, juga awan-awan lincah di langit yang sedang menyuruh matahari untuk turun. Ternyata, rumah yang ditemukan di musim dingin ini dapat membawa kehangatan untuk siapa saja yang mau mampir.

Leave a comment