Hits: 5

Mutiara Chairunnisa / Maureen Christy

Pijar, Medan. Di sudut Kota Medan, kawasan Belawan menyimpan cerita perjuangan masyarakat lokal melawan ancaman yang sering kali tidak kasatmata, yakni putus sekolah. Buku Belawan, Menyelamatkan Anak dari Ancaman Putus Sekolah menghadirkan kisah nyata anak-anak yang hampir terhenti langkah pendidikannya dan upaya segelintir orang yang menjadi cahaya harapan bagi mereka.

Kisah ini bukan sekadar soal statistik, tetapi juga potret nyata anak-anak dari keluarga nelayan dan buruh pelabuhan. Di tengah tekanan ekonomi yang tinggi, banyak dari mereka yang harus meninggalkan bangku sekolah. Membuat mereka terus menerus menjalani kehidupan dalam lingkaran kemiskinan, putus sekolah-kawin-cerai-miskin.

“Ribuan anak putus sekolah di Belawan. Banyak di antara mereka adalah perempuan.” – halaman 6.

Kehidupan di Belawan identik dengan kondisi ekonomi yang serba terbatas. Banyak remaja di bawah umur melakukan apa pun untuk sekadar menafkahi diri sendiri, entah itu jalan kebaikan atau keburukan.

Lakon menjadi “berang-berang” atau “bajing loncat” sering dipilih oleh para remaja laki-laki di sana, karena minimnya pekerjaan yang pasti untuk anak di bawah umur ataupun anak yang tidak punya ijazah.

Di tengah himpitan ekonomi ini, pendidikan sering kali menjadi prioritas terakhir. Buku ini menggambarkan bagaimana anak-anak terpaksa harus ikut membantu ekonomi keluarga atau menjalani pernikahan di usia yang sangat muda. Tak sedikit dari remaja ini justru terjerumus pada kejahatan yang dianggap umum di lingkungan mereka.

Namun, dari bayang-bayang keterbatasan ini, muncul sosok-sosok inspiratif yang berupaya keras menjaga harapan anak-anak Belawan. Para sukarelawan, aktivis, dan guru lokal menjadi pusat dari gerakan penyelamatan pendidikan ini. Mereka adalah para pahlawan tanpa tanda jasa yang membagikan waktu dan energi untuk mengajar, menyediakan akses buku, hingga membantu menyediakan keperluan dasar sekolah.

Kisah mereka diangkat dengan sangat humanis, menggambarkan ketulusan perjuangan mereka untuk generasi masa depan Belawan.

“Orang-orang sederhana ini berhati mulia. Mereka secara sukarela membantu anak-anak yang memiliki persoalan, agar jangan putus sekolah.” – halaman 68.

Salah satu kisah yang menyentuh adalah tentang seorang guru yang mengajar anak-anak di luar jam sekolah. Meskipun keterbatasan fasilitas sering menjadi hambatan, semangat guru ini untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Buku yang berisikan 142 halaman ini juga menjadi pengingat akan pentingnya dukungan dari berbagai pihak. Penulis dengan jelas menunjukkan bahwa tanpa kesadaran dan aksi nyata dari pemerintah, swasta, dan masyarakat, perjuangan ini akan terus berat. Pendidikan bukan hanya tentang ruang kelas; ia adalah fondasi yang memberi anak-anak kesempatan untuk bermimpi dan menggapai masa depan yang lebih baik.

Bagi kita, pembaca, buku ini memanggil untuk bertindak. Apakah kita akan memilih menjadi penonton atau menjadi bagian dari perubahan? Mungkin hanya dengan mendukung inisiatif pendidikan di daerah rentan atau menjadi sukarelawan, kita bisa membantu agar lebih banyak anak tetap bersekolah.

Belawan, Menyelamatkan Anak dari Ancaman Putus Sekolah adalah panggilan untuk tidak melupakan anak-anak yang berjuang di tengah keterbatasan. Setiap anak berhak atas pendidikan yang layak, terlepas dari latar belakang mereka. Di tangan kita, harapan untuk masa depan anak-anak Belawan tetap hidup.

(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)

Leave a comment