Hits: 29
Anastasia Yolanda / Kelly Kidman Salim
Pijar, Medan. Selain Hari Ibu, tidak lupa masyarakat juga memperingati Hari Ayah yang jatuh pada tanggal 16 Juni dan 12 November 2024. Meski tujuannya sama, yaitu mengapresiasi jasa dan peran seorang ayah, terdapat perbedaan antara kedua tanggal tersebut.
Hari Ayah di tanggal 16 Juni 2024 merupakan Hari Ayah Sedunia yang selalu diperingati pada minggu ketiga bulan Juni. Melansir dari cnnindonesia.com, awalnya seorang anak bernama Sonora Smart Dodd ingin menciptakan hari khusus untuk ayahnya yang sudah membesarkannya sendiri. Dari sanalah Hari Ayah Sedunia diperingati pertama kali pada tanggal 19 Juni 1910.
Sedangkan Hari Ayah Nasional selalu dirayakan di tanggal 12 November yang diresmikan oleh Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP). Ketika salah seorang partisipan dalam sebuah kegiatan PPIP menanyakan perayaan Hari Ayah, dari sanalah mereka termotivasi untuk memperingati Hari Ayah Nasional.
Menjadi ayah merupakan berkah dan tantangan bagi seorang pria. Sedangkan bagi anak, peran ayah sangat berpengaruh dalam tumbuh kembangnya. Namun, saat ini Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus fatherless terbanyak. Mengutip dari unair.ac.id, menurut Wardah Roudhotina, psikolog komunitas kesehatan mental bernama Bara Duta Karangasem, fatherless merupakan situasi yang mana dalam proses pengasuhan, peran ayah minim atau bahkan tidak ada, baik secara fisik maupun psikologis.
Ayah biasanya bekerja dari pagi sampai malam, sehingga jarang memiliki waktu berinteraksi dengan anak-anaknya. Terlebih karena masih melekatnya budaya patriarki, yang menganggap tugas seorang pria dalam keluarga terbatas pada penyedia kebutuhan dan keuangan keluarga.
Meski terdapat rumor yang mengatakan bahwa Indonesia menjadi negara peringkat ketiga dengan kasus fatherless terbanyak, sampai saat ini belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan kebenarannya. Hal ini disampaikan oleh Retno Listyarti, seorang pengamat pendidik dan anak, saat diwawancarai oleh Kumparan.
“Kalau data saya enggak tahu dan mungkin enggak ada ya. Mungkin orang itu punya asumsi karena budaya di negeri kita kecil. Karena di sini patriarki dan laki-laki punya relasi yang dianggap lebih kuat.”
Pada tahun 2021, United Nations Children’s Fund mencatat, sekitar 20,9% anak-anak Indonesia tumbuh tanpa kehadiran ayah secara aktif. Akibatnya anak akan mengalami depresi, merasa kesepian, kecemasan, dan menurunnya rasa kepercayaan diri. Ditambah juga, perilaku anak akan sulit diatur serta cenderung merugikan diri sendiri.
“Dampak negatif dari ketidakhadiran seorang ayah tergantung dengan faktor-faktor lain yang menyertainya. Ketika ayah tidak hadir karena sudah meninggal dengan ayah yang melakukan KDRT di rumah, dampaknya akan berbeda kepada anak,” ujar Erika Yamin, seorang psikolog dan hypnotherapist, dalam acara KickAndy (29/10/23).
Melalui Hari Ayah Nasional, diharapkan masyarakat dan pemerintah semakin sadar bahwa kasus fatherless memerlukan banyak perhatian, sehingga anak-anak bangsa Indonesia menjadi generasi penerus yang tangguh dan cerdas. Selamat Hari Ayah!
(Redaktur Tulisan: Hana Anggie)