Hits: 21
Mutiara Chairunnisa / Husna Nabila Pulungan
Pijar, Medan. Pernahkah kamu menyaksikan seseorang kehilangan kendali atas emosinya di tempat umum? Fenomena ini disebut sebagai public meltdown, yaitu situasi di mana emosi seseorang meledak dan sulit dikendalikan. Contohnya, mulai dari anak kecil yang mengalami tantrum hingga orang dewasa yang tiba-tiba marah atau menangis di depan umum. Tetapi, apa sebenarnya yang menyebabkan meltdown ini, dan bagaimana kita harus bersikap saat melihatnya?
Secara sederhana, public meltdown adalah momen ketika seseorang mengalami ledakan emosional di tempat umum. Ledakan ini bisa dalam berbagai bentuk, seperti menangis, berteriak, hingga tindakan agresif yang diakibatkan oleh ketidakmampuan mengatasi situasi yang terlalu membebani secara mental atau emosional.
Bukan hanya anak-anak yang bisa mengalami meltdown. Orang dewasa juga rentan mengalaminya, terutama saat mereka merasa tidak sanggup menghadapi tekanan yang terus-menerus, baik dari pekerjaan, hubungan pribadi, atau masalah kesehatan mental. Ada beberapa alasan mengapa seseorang bisa mengalami meltdown di tempat umum. Di antaranya stress dan kelelahan atau ketidakmampuan dalam mengelola emosi yang bisa terjadi kepada siapa saja, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa sekalipun.
Bayangkan, sebuah situasi di pusat perbelanjaan. Seorang ibu sedang berjalan dengan anaknya yang masih kecil. Tiba-tiba, anak tersebut mulai menangis kencang dan berteriak karena ia tidak diizinkan membeli mainan yang diinginkan. Ibu tersebut mencoba menenangkannya, tetapi semakin anak ditenangkan, semakin keras tangisannya. Semua orang di sekeliling mulai memperhatikan mereka, beberapa dengan tatapan kasihan, beberapa lainnya dengan tatapan menilai.
Situasi seperti ini adalah contoh umum public meltdown pada anak-anak. Orang tua sering merasa tertekan, malu, bahkan frustrasi ketika menghadapi anak tantrum di depan banyak orang. Namun, yang perlu kita ingat, bahwa anak-anak masih belajar bagaimana cara mengelola emosi mereka, dan sebagai orang tua, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah memberikan mereka ruang untuk merasakan emosi mereka sambil memberikan bimbingan yang lembut.
Kita yang menyaksikan fenomena ini juga bisa merasa tidak nyaman. Namun, penting untuk menyikapi situasi ini dengan sikap yang bijak dan penuh empati. Berikut penjabaran lebih detail mengenai poin-poin saat melihat anak kecil mengalami tantrum, hal penting yang harus diingat adalah peran utama orang tua atau pengasuh dalam menenangkan anak.
Memberikan ruang berarti tidak langsung mendekat atau terlibat, karena tindakan ini bisa memperburuk situasi. Orang tua atau pengasuh mungkin sedang mencoba cara-cara khusus untuk menenangkan anak, dan kehadiran orang asing bisa membuat anak semakin bingung atau tertekan.
Dalam memberikan ruang, kita bisa mundur sedikit dari tempat kejadian dan tidak memaksa diri untuk terlibat. Sebisa mungkin biarkan orang tua menangani situasi sesuai dengan cara mereka sendiri, tanpa merasa diintervensi. Hal ini juga memberi orang tua kesempatan untuk mengendalikan emosi mereka dan lebih fokus pada anak tanpa merasa diawasi secara berlebihan. Jika merasa situasi sudah di luar kendali, tawarkan bantuan dengan lembut, tetapi hindari langsung mengambil alih situasi.
Menghindari sikap menghakimi juga berarti menahan diri dari memberikan komentar negatif, menatap dengan pandangan tidak setuju, atau menggerutu di hadapan orang tua. Tantrum bukanlah hasil dari “kurangnya kontrol” orang tua atau “perilaku buruk” anak, melainkan respons emosional yang alami dari anak yang masih belajar mengelola perasaan. Sikap menghakimi hanya akan menambah tekanan bagi orang tua yang sudah kewalahan.
Sebagai gantinya, kita bisa menunjukkan pengertian dengan menjaga ekspresi netral atau bahkan memberikan senyuman dukungan. Dengan cara ini, kita membantu menciptakan lingkungan yang lebih empatik, di mana orang tua merasa aman untuk menangani anak mereka tanpa rasa malu atau tekanan dari orang lain.
Public meltdown adalah bagian dari kehidupan yang mungkin akan kita temui di berbagai tempat. Dengan memahami penyebabnya dan merespons dengan penuh empati, kita bisa membantu menciptakan lingkungan yang lebih suportif bagi mereka yang sedang menghadapi tekanan emosional. Alih-alih menghakimi atau mengabaikan, kita bisa menjadi lebih peka dan memberikan dukungan kecil yang mungkin sangat berarti bagi mereka yang sedang mengalami meltdown.
(Redaktur Tulisan: Alya Amanda)