Hits: 39
Dhia Fatiyah Syiva / Farrel Kresna Maruli Sibuea
Pijar, Medan. Dalam dunia serba cepat dan penuh tuntutan, sering sekali kita terjebak dalam rutinitas yang membuat kita merasa lelah, baik secara fisik maupun emosional. Buku Bila Hari Ini Merasa Lelah karya Baron Aritonang yang terbit pada tahun 2022 menjadi cerminan bagi kita untuk merenungkan perasaan tersebut dan menemukan makna di balik setiap keresahan.
Buku dengan ketebalan 170 halaman ini mengandung narasi tentang gambaran kehidupan yang ternyata sangat problematik. Berkaitan dengan dilemma pembaca yang sudah diwakilkan dalam sebuah tulisan, ketika membalik halaman buku ini pembaca akan melihat kumpulan dialog kecil berisikan berbagai kesan dari setiap keresahan hidup.
Baron Aritonang, sang penulis, mencoba menyampaikan persoalan yang tidak ada batasannya, seakan-akan ingin pembaca ikut merasakan keresahan yang mungkin saja dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan gaya penulisan puitis, ia berhasil menarik hati pembaca seolah-olah diajak berbicara langsung.
Tentu kita pernah merasakan bahwa setiap kehidupan tidak akan lepas dari persoalan diri, kehidupan sosial, percintaan yang terkadang membuat energi kehidupan meredup secara perlahan-lahan. Persoalaan ini juga menimbulkan pertanyaan, apakah benar kita ditakdirkan untuk hidup di dunia?
“Entah apa pun kesalahan dan kesakitan yang tengah atau sudah terjadi, kita harus selalu belajar untuk memaknai.” -halaman 81.
Pembaca akan memahami bahwa setiap persoalan merupakan esensi dari kehidupan itu sendiri. Persoalan memiliki kaitan penting terhadap alur pengembangan karakter setiap orang. Menghadapinya dapat membuat seseorang memaknai dan menghasilkan pengetahuan hidup yang dapat dijadikan sebagai referensi.
Bila Hari Ini Merasa Lelah tidak hanya mendeskripsikan berbagai keresahan hidup, melainkan juga sebagai sumber penerangan dengan melampirkan berbagai pesan moral yang memotivasi pembaca. Setiap pesan bernuansa menghibur dan menginspirasi, serta memberikan dorongan lembut agar memahami perasaan tersebut.
Buku ini juga berfungsi sebagai alat pendekatan diri, setiap halaman mengajak kita untuk melihat ke dalam diri sendiri, memahami apa yang membuat lelah, kemudian mencari solusi untuk mengatasi kendala tersebut. Ketulusan dan kedalaman emosi tulisan Baron terlihat jelas, setiap cerita yang disajikan membangkitkan haru dan mengingatkan bahwa kita tidak sendirian dalam keresahan ini.
“Keresahan yang kupunya ternyata semua orang juga rasa. Segala yang kukeluhkan ternyata semua orang sudah lama simpan.” -halaman 167.
Baron juga menekankan pentingnya menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil. Terkadang akan ada saatnya seseorang berada di atas, saat ia merasakan kebahagian, begitu juga sebaliknya yang berada di ambang kesedihan. Namun, kita harus belajar untuk tidak menyerah dan yakin bahwa masih banyak jalan yang dapat ditempuh.
“Apapun yang telah terjadi, entah bahagia atau sedih. Semoga besok lebih baik daripada hari ini.” -halaman 60.
Bila Hari Ini Merasa Lelah bisa menjadi teman yang dapat menuntun kita dalam perjalanan melelahkan. Karya ini memberikan perspektif baru tentang keresahan hidup. Mengajak kita untuk menjadikan persoalan tersebut sebagai kesempatan untuk merenung, beristirahat, dan menemukan kembali makna hidup. Ingatlah bahwa dalam beragam kelelahan, terdapat juga keindahan yang senantiasa menunggu untuk ditemukan.
(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)