Hits: 30
Grace Estephania / Adelima Patricya G.
Pijar, Medan. Apakah kamu siap menghadapi segala tantangan dan keraguan dalam perjalanan menuju kedewasaan? Aku Belum Siap Dewasa hadir untuk membantu mengatasi segala pertanyaan yang timbul saat menghadapi fase dewasa.
Buku yang terbit pada tahun 2022 ini berisikan berbagai narasi sebagai bentuk pengembangan diri, yang mengajak para pembacanya untuk belajar memahami segala lika-liku dalam kehidupan menuju kedewasaan.
Candra Permana, sang penulis buku, mencoba menyampaikan dengan jujur dan lugas bagaimana seseorang menyelami kerumitan dalam proses menuju kedewasaan. Dengan bahasa yang hangat dan penuh kepekaan, Candra mengajak pembaca untuk menyusuri perjalanan batin yang sering kali tidak mulus, penuh dengan keraguan, ketakutan, serta harapan yang bergulir seiring bertambahnya usia.
Sering kali seseorang merasa kehilangan jati diri yang sebenarnya ketika beranjak dewasa. Berbagai cara dilakukan untuk mengenali diri yang tak lagi muda itu, tetapi tak kunjung mendapat jawaban. Seseorang dengan harapan yang besar dalam mengatur masa depannya, kembali merasa kecil ketika melihat orang-orang di sekitarnya seolah-olah begitu mudah mendapatkan apa yang diinginkan.
Buku ini bukan hanya bercerita tentang tumbuh dewasa secara fisik, melainkan membahas lebih dalam lagi tentang perjuangan menerima tanggung jawab, berdamai dengan ketidaksempurnaan, dan memahami arti sebenarnya dari menjadi dewasa.
“Air mata yang tumpah, keringat yang bercucuran, dan hati yang pernah patah semoga menjadi saksi bahwa kamu seorang pejuang.” –halaman 79.
Melalui buku ini, pembaca tak hanya diberikan tempat yang nyaman untuk mengerti dirinya yang beranjak dewasa, melainkan juga menjadi wujud penyemangat bagi pembacanya sehingga tak berputus asa dalam merintangi berbagai tantangan hidup. Pembaca diajak berpikir lebih luas tentang hal apa yang sebenarnya pantas dilakukan dalam hidup.
Kita pasti pernah berpikir bahwa definisi dari kebahagiaan adalah ketika kita bisa meraih segala pencapaian. Padahal, kunci dalam mencapai suatu kebahagiaan dapat diraih dengan iringan rasa syukur kepada Tuhan, yang telah mencukupkan dan memberi kesempatan bagi umatnya untuk merasakan nikmatnya hidup sampai saat ini.
Narasi yang ada di dalam buku ini juga memaparkan beberapa pesan secara religi yang disampaikan oleh ahli agama. Oleh karena itu, buku ini tak hanya berisikan motivasi diri saja, melainkan mengajak pembacanya untuk bisa mengenali dirinya dengan mendekatkan diri pada Tuhan.
Beberapa bab dalam Aku Belum Siap Dewasa menceritakan tentang pandangan seorang perempuan dalam menghadapi kehidupannya. Bab tersebut terbagi menjadi enam sub-bab yaitu “Takut Tak Dicintai Karena Tidak Cantik”, “Gagal Jadi Perempuan Cantik”, “Perempuan Eksklusif”, “Mengaku Dewasa tapi Enggan Memaafkan?”, “Jika Kamu Perempuan Hebat”, dan “Perempuan Meneduhkan”. Penulis seolah-olah telah berhasil membaca dan menebak perspektif perempuan dewasa yang sedang mencari jati dirinya.
“Cantik itu identik dengan keindahan. Perempuan yang indah itu ialah perempuan yang memahami makna indah sesungguhnya.” –halaman 175.
Berbagai sudut pandang yang diambil oleh penulis menjadikan buku ini dapat dibaca oleh berbagai kalangan. Tak hanya diajak untuk bisa memahami diri sendiri, Aku Belum Siap Dewasa juga mengajak pembacanya untuk memahami sudut pandang lawan jenisnya.
Buku dengan ketebalan 231 halaman ini menjadi pilihan tepat bagi siapa saja yang merasa tersesat di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Aku Belum Siap Dewasa hadir sebagai teman setia yang penuh dengan refleksi dan perjalanan hidup.
(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)