Hits: 91
Amanda Citra Ayu / Syah Hendra Mahadi
Pijar, Medan. Setiap generasi memiliki karakteristik unik yang terbentuk oleh lingkungan sosial dan orang tua mereka. Generasi Z, misalnya, adalah generasi pertama yang lahir di era digital, di mana penggunaan gadget dan teknologi sudah menjadi bagian sehari-hari sejak mereka masih kecil. Namun, Generasi Alpha, yang tumbuh dengan akses teknologi yang bahkan lebih mudah sejak usia dini, memiliki keterampilan digital yang lebih canggih.
Generasi Z dan Generasi Alpha, meskipun sama-sama tumbuh dalam era digital, memiliki perbedaan signifikan, terutama dalam cara mereka berkomunikasi. Generasi Z dikenal dengan multitasking, koneksi kuat ke internet, dan preferensi pembelajaran melalui teknologi. Mereka juga sering menggunakan bahasa yang singkat dan penuh dengan slang. Bahasa gaul yang mereka gunakan biasanya lebih mudah dipahami oleh generasi di atasnya.
Sebaliknya, Generasi Alpha, yang lebih terintegrasi dengan media sosial dan teknologi, memiliki bahasa gaul yang lebih sulit dipahami. Salah satu contohnya adalah istilah “skibidi” yang awalnya tidak memiliki arti khusus, namun melalui serial toilet skibidi, istilah ini berkembang menjadi slang yang berarti “jelek” atau “keren” tergantung konteks penggunaannya.
Selain “skibidi”, Generasi Alpha juga memiliki beberapa ungkapan slang lain yang populer dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Istilah-istilah ini mencerminkan bagaimana teknologi dan tren digital memengaruhi cara mereka berkomunikasi, serta menunjukkan kreativitas dan keunikan dalam bahasa yang mereka gunakan.
Salah satu istilah yang sering dipakai oleh Generasi Alpha adalah “sigma”. Istilah ini menggambarkan seseorang yang memiliki kepribadian dominan, kuat, dan mandiri. Dalam pandangan Generasi Alpha, seseorang yang “sigma” dianggap sebagai individu yang sangat dihormati dan sering kali dipandang sebagai sosok yang “keren” di antara teman-temannya.
Sifat kuat dan ketangguhan yang diasosiasikan dengan kata ini menjadikannya pujian bagi mereka yang memiliki kepemimpinan alami atau karisma yang menonjol di dalam kelompok sosial mereka. Istilah ini sering muncul di berbagai platform media sosial, di mana orang-orang yang dianggap mandiri dan tidak mudah terpengaruh akan disebut sebagai “sigma”.
Selain “sigma”, ada pula istilah “Ohio”, yang berasal dari tren media sosial “Only in Ohio”. Pada awalnya, frasa ini digunakan untuk menggambarkan kejadian-kejadian aneh atau tidak biasa yang dianggap hanya terjadi di negara bagian Ohio, Amerika Serikat.
Namun, dalam perkembangannya, frasa ini meluas menjadi ungkapan yang digunakan untuk menyebut hal-hal yang absurd atau unik yang terjadi di mana saja. Apa pun yang dianggap terlalu aneh atau tidak masuk akal sering kali dilabeli dengan frasa ini.
Terakhir adalah istilah “gyatt”, kata slang yang digunakan Generasi Alpha untuk mengekspresikan kekaguman atau kejutan besar terhadap sesuatu yang luar biasa. Kata ini menunjukkan cara Generasi Alpha mengekspresikan perasaan dengan singkat namun kuat, sesuai dengan nuansa modern dan lingkungan digital mereka.
Ketiga istilah ini, sigma, Ohio, dan gyatt mewakili sebagian kecil dari bahasa gaul yang berkembang di kalangan Generasi Alpha. Bahasa tersebut tidak hanya mencerminkan pengaruh dari teknologi dan tren internet, tetapi juga menyoroti dinamika sosial di antara mereka, di mana kekuatan, keunikan, dan kejutan menjadi tema sentral dalam komunikasi mereka sehari-hari.
Bahasa gaul yang digunakan Generasi Alpha sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan media sosial. Berbeda dengan generasi sebelumnya, mereka sering menggunakan akronim, emoji, dan singkatan yang lebih kompleks, membuat komunikasi antargenerasi semakin menantang.
Penting untuk memahami bahwa bahasa adalah alat utama komunikasi dan selalu berkembang seiring waktu. Bahasa gaul yang populer di kalangan Generasi Alpha mungkin akan pudar seiring berjalannya waktu, digantikan oleh bahasa baru yang berkembang sesuai dengan tren teknologi dan budaya baru. Meski begitu, bahasa gaul mereka tetap mencerminkan karakteristik unik generasi ini—keterbukaan terhadap teknologi, inovasi, dan perubahan cepat di dunia digital.
Sebagai penutup, kemampuan untuk memahami bahasa setiap generasi penting dalam menjembatani komunikasi antarkelompok usia. Meskipun ada perbedaan dalam gaya bahasa, baik Generasi Z maupun Generasi Alpha tetap memiliki kesamaan, yaitu kuatnya keterkaitan mereka dengan dunia digital dan media sosial. Ini menjadi tanda bahwa teknologi akan terus menjadi bagian integral dari cara manusia berkomunikasi, berkembang, dan beradaptasi dengan perubahan zaman.
(Redaktur Tulisan: Alya Amanda)