Hits: 16
“Kau tidak akan tahu bagaimana masa depanmu. Jadi, satu-satunya cara untuk mengetahui apakah kau menikmati hal itu adalah dengan mencobanya.” – halaman 294.
Siti Farrah Aini / Lainatus Syifa Hasibuan
Pijar, Medan. Pernahkah kamu membayangkan sebuah tempat yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota? Aroma kopi memenuhi indra, musik mengalun tenang, dan pencahayaan ringan akan menyambut sejenak memasukinya. Jangan lupakan deretan buku di rak yang terus memanggilmu untuk membaca dan membawanya pulang. Sebuah toko yang berawal dari rasa hampa hingga menjadi ruang berbagi yang nyaman bagi siapa saja. Itulah deret kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan Toko Buku Hyunam-dong.
Selamat Datang di Toko Buku Hyunam-dong merupakan debut perdana sang penulis, Hwang Bo-Reum, di dunia novel setelah menulis tiga kumpulan esai sebelumnya. Meski terbilang baru, novel dengan tebal 400 halaman dalam versi terjemahannya ini sukses membawa pembaca berkelana dalam kisah setiap orang yang singgah di Toko Buku Hyunam-dong. Singkatnya, novel ini adalah sebuah karya yang bukan hanya sekadar mengisahkan buku secara fisik, tetapi juga proses menulis buku, membaca buku, mengelola toko buku, dan memulihkan diri dengan buku.
“Ada sesuatu yang kutemukan ketika membaca buku. Semua pembaca akan jatuh ke dalam sumur. Ada yang baru jatuh dan ada yang sudah pernah jatuh sebelumnya. Kemudian, tampaknya mereka semua sama-sama mengatakan bahwa nantinya kita akan jatuh lagi ke dalam sumur itu.” – halaman 207.
Yeong-ju, seorang perempuan muda, memutuskan untuk membuka toko buku di kawasan Hyunam-dong pasca hal-hal berat yang menghampirinya. Awalnya ia hanya menghabiskan waktunya untuk membaca buku berjam-jam hingga penghujung hari tanpa sedikit pun peduli dengan pengunjung yang kian menurun kedatangannya.
Namun, lewat kebiasaannya itu pula Yeong-ju menyadari tentang apa yang kini sedang dimulainya. Ia mulai tersenyum setiap kali pengunjung menghampiri Toko Buku Hyunam-dong yang ia dirikan. Perlahan, ia menemukan alasan kuat untuk mempertahankan toko buku yang berangkat dari masa lalunya itu.
Toko Buku Hyunam-dong berangsur ramai, tidak selalu tentang orang, tetapi juga kisah. Kini, tak hanya Yeong-ju dengan segala perasaan hampa yang menghuni toko. Ada Min-joon, sang barista yang tak banyak bicara, tetapi pandai merespons lawan bicaranya sehingga siapa pun akan merasa nyaman bercerita dengannya. Alih-alih memusingkan hidupnya untuk mendapatkan pekerjaan seperti tujuannya, ia memutuskan untuk cukup dengan hidupnya yang sekarang: menikmati makanan dengan lahap, menonton film, melakukan yoga, dan tentu saja membuat kopi di Toko Buku Hyunam-dong.
“Menyeduh kopi juga merupakan sebuah seni. Ini pekerjaan yang kreatif. Bahkan ketika menggunakan biji yang sama, rasa kopi hari ini bisa saja berbeda dengan rasa kopi besok. Semuanya tergantung pada suhu, kelembaban, mood-ku, dan suasana toko buku. Aku senang menyesuaikan semua itu.” – halaman 351.
Novel ini menghadirkan sudut pandang dan pendapat setiap tokoh sehingga membuat alur cerita lebih hidup dan bermakna.
Satu hal yang ditekankan dalam buku ini, bahwa tidak ada ruang untuk menghakimi apa pun. Toko Buku Hyunam-dong akan memeluk hangat pundak setiap orang dan mendukung setiap usaha kecil, kerja keras, dan kegigihan bagi yang menemukan langkah dan arahnya sendiri. Lebih banyak, pembaca turut diajak untuk memaknai banyak hal dalam kehidupan: keluarga, pertemanan, pekerjaan, percintaan, masa depan, hingga kebahagiaan.
Kita diajak menelisik kisah seorang penulis yang berusaha untuk menjalani hidupnya sebaik mungkin dengan memaknai ulang kebahagiaan. Ibu dan anak yang sedang berusaha untuk saling memahami satu sama lain. Barista yang sedang menetapkan tujuan baru di dalam hidupnya. Juga bagaimana ada yang berusaha untuk menyembuhkan patah hati dan luka di hatinya.
“Ya, saya ingin mengatakan bahwa kebahagiaan tidak berada jauh dari kita. Rupanya kebahagiaan itu tidak berada jauh di masa lalu atau di masa depan, melainkan tepat berada di hadapan kita.” – halaman 250.
Semua kisah ringan hingga pelik terkemas rapi dalam Toko Buku Hyunam-dong dan telah menunggumu untuk tenggelam di dalamnya.
(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)