Hits: 27
Nur Agustilahmi Nasution
Pijar, Medan. Pusat Studi Komunikasi Lingkungan (Pusdikomling) Universitas Padjajaran bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) menyelenggarakan kegiatan pelatihan Wildlife Journalism Competition. Bertajuk “Interaksi Negatif Manusia-Satwa dari Sudut Pandang Jurnalisme Lingkungan”, pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu konservasi satwa liar di Indonesia. Acara dilaksanakan di Gedung Teater FISIP USU, Senin (27/05/2024).
Acara ini menghadirkan enam pemateri, diantaranya adalah Herbert Aritonang selaku Kepala Seksi Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara dan M. Indra Kurnia yang merupakan Direktur Konservasi Yayasan Orangutan Sumatera Lestari (YOS).
Secara garis besar, materi yang disampaikan dalam pelatihan ini membahas tentang upaya konservasi dan ancaman kejahatan pada satwa liar di Sumatra Utara. Saat ini, terdapat banyak kasus kejahatan yang menyebabkan terganggunya dinamika dan kelestarian dari satwa liar.
Herbert Aritonang menyebutkan bahwa terdapat beberapa ancaman bagi satwa liar, diantaranya adalah degradasi habitat, perburuan liar, dan adanya ketidaksesuaian peraturan pemerintah yang berlaku.
“Dalam menghadapi ancaman-ancaman ini, dibutuhkan dukungan dari semua pihak. Bukan hanya melihat hal yang menjadi akibatnya, tetapi juga melihat penyebab yang terjadi. Upaya ini akan berdampak baik dalam upaya perbaikan koservasi satwa liar di Sumatra Utara,” jelasnya.
Selain dukungan dari semua pihak, diperlukan juga upaya berupa sosialisasi dan penyusunan peraturan untuk penanggulangan konflik antara manusia dan satwa liar, karena saat ini manusia menganggap bahwa satwa liar adalah ancaman yang harus dimusnahkan.
Indra Kurnia juga menyampaikan bahwa penyebab berkurangnya populasi satwa liar di alam diakibatkan ulah manusia yang didasari oleh beberapa motif,termasuk motif kesenangan dan ekonomi.
“Secara motif sosial, banyak orang yang memiki kegemaran untuk memelihara satwa hidup dan hal ini mendorong adanya perburuan liar. Selain itu, secara motif ekonomi, adanya penyedia jasa layanan jual beli satwa liar yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semata tanpa memikirkan risiko yang terjadi,” terangnya.
Pada sesi akhir diskusi, kedua pemateri berharap dengan diadakannya kegiatannya ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya tentang etika lingkungan. Selain itu. kerja sama antar sektor dapat terbangun sehingga permasalahan dan dinamika terkait konservasi satwa liar dapat diselesaikan dengan baik.
(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan