Hits: 73
Zian Nabilla Barus
Pijar, Medan. Sebuah film dari Korea Selatan kembali hadir menjadi sorotan bagi pecinta film di Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024. Film dengan judul Exhuma ini merupakan karya yang mengundang rasa penasaran sejak viral beberapa waktu belakang.
Exhuma diambil dari kata exhumation yang artinya penggalian. Film ini mengisahkan empat orang yang terlibat dalam penggalian kubur misterius dengan konsekuensi yang tidak terduga. Menggabungkan genre misteri dan horor dalam okultisme, cerita yang kompleks disajikan dalam durasi 2 jam 14 menit.
Exhuma merupakan karya dari sutradara Jang Kunjae yang memiliki pengalaman langsung terkait situasi penggalian kuburan dalam upacara leluhurnya. Film ini diawali dengan dua dukun yang diperankan oleh Kim Goeun dan Lee Dohyun.
Mereka mendapatkan klien dari sebuah keluarga di Amerika Serikat untuk mengatasi masalah terhadap bayi mereka yang baru saja lahir. Hwarim yang diperankan oleh Kim Goeun merasakan energi gelap pada bayi itu yang berasal dari leluhur keluarga tersebut.
Hwarim akhirnya menyarankan keluarga tersebut untuk melakukan penggalian kubur leluhur mereka dengan bantuan ahli fengshui pemakaman yang diperankan Choi Minsik dan Yoo Haejin. Tanpa disangka, kuburan yang akan dibongkar berada di tempat terpencil yang sangat jauh dari penduduk di Korea Selatan. Meski begitu, ritual penggalian kubur tetap dilakukan oleh keempat orang ini tanpa tahu bahwa keputusan tersebut membawa mereka ke perjalanan misteri yang berbahaya.
Exhuma banyak membawa kepercayaan dan sejarah Korea Selatan di dalamnya. Sejarah Korea Selatan dalam film ini berfokus pada sejarah perang antara Korea dengan Jepang pada masa lalu. Hal ini sering menjadi alasan bagi penonton di Indonesia menjadi kurang paham sepenuhnya dengan film ini.
Namun, Exhuma menjadi sorotan karena membawa tema horor yang memang disukai oleh penonton Indonesia. Sutradara film horor ternama Joko Anwar juga merekomendasikan film ini.
Beberapa adegan dalam Exhuma membutuhkan pengetahuan tambahan agar dapat memahami alur ceritanya, seperti adegan di mana terdapat kalimat “Rubah Melukai Punggung Harimau”. Perlu diketahui, pada saat perang Jepang dengan Korea, Korea Selatan dan Korea Utara masih bersatu dalam Semenanjung Korea. Secara bentuk wilayah, Semenanjung Korea dianggap mirip dengan badan harimau. Sedangkan rubah yang dimaksud dalam film ini adalah julukan seorang dukun sakti terkenal yang berasal dari Jepang.
Hal ini bermaksud bahwa dukun rubah tersebut telah meletakkan sesuatu yang jahat pada bagian punggung atau pinggiran Korea, yang pada saat ini terletak pada perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara.
Adegan ketika roh jenderal meminta ikan dan melon merupakan saat di mana roh tersebut menguji Hwarim. Ikan merupakan makanan jenderal kubu Timur, sedangkan melon merupakan makanan jenderal kubu Barat. Kebanyakan jenderal yang dibawa ke Korea Selatan adalah jenderal kubu Barat. Oleh karena itu, Hwarim hanya membawa ikan untuk memancing roh jenderal tersebut.
Keberhasilan film ini tidak lepas dari detail-detail kecil yang sarat akan makna. Tiap detailnya menunjukkan betapa kompleksnya film ini. Tidak hanya mengenai alurnya saja, akting seluruh pemain dalam film ini patut diacungi jempol. Adegan ritual perdukunan maupun eksekusi konflik sukses membuat penonton ikut merinding dan khawatir akan nasib mereka selama film berlangsung.
Exhuma memang membawa genre horor dalam filmnya, tetapi bukan tipe film yang memberikan jumpscare. Penonton mampu dibuat merinding dengan situasi mencekam ditambah ritual perdukunan yang menambah kesan mistis di dalamnya. Hal inilah yang menjadikan Exhuma menorehkan sejarah menjadi film Korea Selatan terlaris sepanjang masa di Indonesia.
(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)