Hits: 16

Josephine / Ayu Nabila Putri

“Apa material termahal di dunia? Tangis bangga ayah dan ibumu” – halaman 1.

Pijar, Medan. Pernahkah terbesit di lubuk hatimu bahwa dunia ini tidak adil? Ketika orang-orang di sekitarmu lahir di keluarga sendok emas sedangkan dirimu tidak? Apakah kamu memilih untuk menyerah? Atau kamu tetap memperjuangkan cita-citamu sampai akhir? Demikianlah kisah Asrul dan Zenna yang diceritakan J.S. Khairen lewat bukunya, Dompet Ayah Sepatu Ibu.

Dompet Ayah Sepatu Ibu adalah salah satu novel populer dari J.S. Khairen yang ditulis berdasarkan kisah nyata orang tuanya sendiri. Diterbitkan oleh PT Gramedia Widiasarana Indonesia, novel ini memiliki 216 halaman dengan total 25 episode. Tidak hanya tergolong ringan dan mudah dipahami, tulisan ini juga dibanjiri pesan moral yang bermanfaat untuk kehidupan.

Bertemakan keluarga dan perjuangan hidup, novel ini mengisahkan kisah kelam kehidupan kedua tokoh utama, Asrul dan Zenna, yang hidup di pedalaman Sumatra Barat dan memiliki cita-cita untuk hidup bebas dari rantai kemiskinan. Asrul adalah anak pertama dari dua bersaudara yang menjadi tulang punggung keluarga karena ayahnya meninggalkan kelaurganya. Di sisi lain, Zenna merupakan anak keenam dari sebelas bersaudara yang harus berjualan jagung sebelum sekolah agar bisa mencukupi biaya hidup dan sekolahnya.

Setelah mengarungi hidup dengan usaha masing-masing, Asrul dan Zenna dipertemukan takdir di sebuah universitas di Kota Padang. Keduanya menjadi mahasiswa baru dan saling membantu dalam menghadapi lika-liku kehidupan. Seiring berjalannya waktu, hubungan semakin kuat dan terikat hingga kelak mereka memutuskan untuk menikah dan menjalani hidup bersama.

“Dunia jahat dan kau kalah? Lihatlah telapak tanganmu. Ayah selalu menempa tangan itu agar tak menyerah. Ibu tak henti memapah tangan itu untuk berdoa. Bangkitlah untuk melangkah.” – halaman 31.

Ketika seorang anak terlahir di keluarga dengan kondisi yang miskin, dia cenderung menyalahkan takdir, keadaan, atau bahkan orang tuanya sendiri. Namun, Asrul dan Zenna tidak mengeluh ataupun menyalahkan siapapun. Bagi mereka, menyalahkan semua hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai solusi untuk keluar dari rintangan hidup.

Justru, ada kalanya dari rintangan hidup itulah seorang anak dapat belajar banyak tentang arti kehidupan yang dia jalani dan berkembang menjadi sosok yang lebih baik.

Dalam Dompet Ayah Sepatu Ibu, diungkapkan bahwa seorang anak tidak dapat memilih ingin lahir dari orang tua seperti apa. Begitu juga orang tua, mereka tidak dapat memilih ingin melahirkan anak yang seperti apa. Akan tetapi, terlepas dari bagaimanapun anak yang mereka lahirkan nantinya, mereka tidak akan mengeluh dan tetap bekerja keras setiap harinya, karena orang tua selalu berharap agar anak-anak mereka dapat hidup sebaik dan senyaman mungkin.

“Orang miskin kadang-kadang hanya punya modal. Berupa Semangat. Modal itupun sering kena cemooh oleh orang kaya.” – halaman 110.

Terkadang, berbagai permasalahan seperti masalah finansial, kritikan dari orang lain, rasa gengsi, atau keadaan apa pun itu, tidak seharusnya menjadi alasan bagi seseorang untuk berhenti mengejar cita-cita yang dimilikinya. Dari Dompet Ayah Sepatu Ibu, Asrul dan Zenna membuktikan bahwa adanya semangat bekerja keras disertai doa yang tulus setiap harinya berhasil membawa keduanya ke jalan menuju kesuksesan.

Asrul yang harus menjalani hidup dengan keras sejak dini, tetap menempa diri dengan kerja keras dan usaha optimal sehingga dapat menyelesaikan pendidikannya. Sementara itu, karakter Zenna tetap optimis dan pantang menyerah walaupun dihadapkan dengan kondisi yang mengharuskannya berkorban banyak demi keluarganya.

Bagi kamu yang saat ini diselimuti oleh rasa putus asa akan pahitnya kehidupan, Dompet Ayah Sepatu Ibu akan menjadi motivasi untuk kamu bangkit dari keterpurukanmu itu. Sama seperti Asrul dan Zenna, terlepas dari bagaimanapun latar belakang yang dimiliki, seseorang yang selalu bekerja keras dan pantang menyerah akan senantiasa dapat mencapai cita-citanya, karena usaha tidak akan mengkhianati hasil.

(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)

Leave a comment