Hits: 129
Shefira R. Manany / Alya Amanda
“Sebenarnya, setiap anak memiliki harapan.” – Stefri Zheng
Pijar, Medan. Setiap manusia pernah mengalami situasi yang sama, yang mana keputusasaan mulai menghampiri, kekecewaan turut membumbui, dan kegelisahan ikut menyelimuti. Iya, setiap manusia, termasuk anak-anak dan remaja.
Pada hierarki kehidupan ini, anak-anak dan remaja di masa pertumbuhan mereka kadang kala mengalami hal yang tidak sesuai dengan harapannya. Kerasnya kehidupan memang tak memandang bulu. Lantas, bagaimana cara mereka menyelesaikan permasalahan yang ada?
Stefri Zheng, salah satu dari lima sosok inspiratif di Sumatera Utara yang mendapatkan penghargaan DAAI Inspiration Award 2023 pada Agustus lalu, merupakan sosok yang memberikan wadah bagi remaja untuk bangkit dari keterpurukannya. Wadah tersebut berbentuk Yayasan Wisma Remaja Indonesia.
Melalui Yayasan Wisma Remaja Indonesia yang berdiri sejak 2019 tersebut, Stefri banyak melibatkan remaja, khususnya yang berada di bangku sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) dalam berbagai kegiatan positif.
Stefri mengaku, alasannya membangun yayasan tersebut mengakar dari dirinya sendiri yang pernah mengalami permasalahan kala berada di masa remaja.
“Suatu hari kalau saya sukses, saya harus bantu anak-anak agar mereka tidak punya masa lalu yang sama seperti saya,” tutur Stefri berempati terhadap para remaja.
Bentuk empatinyalah yang lantas melahirkan Yayasan Wisma Remaja Indonesia. Banyak kegiatan telah dilakukan di yayasan tersebut, di antaranya yaitu, workshop sabun, workshop minuman, workshop gelang tangan, workshop basic acrylic, dan masih banyak lagi. Selain bertujuan agar para anak dan remaja tetap berada di lingkaran yang positif, berbagai kegiatan tersebut juga bertujuan membantu mereka menemukan kegemaran dan keahlian di bidangnya masing-masing.
Tujuan tersebut dapat dikatakan tercapai. Hal ini terbukti dari tiga anak yang rutin mengikuti kegiatan dari Yayasan Wisma Remaja Indonesia, yaitu Maverick, Gilbert, dan Peter.
“Awalnya anak-anak ikutin dulu semua workshop yang ada di sini. Lama-lama ketahuan di mana passion mereka. Seperti Maverick, Gilbert, dan Peter yang passion-nya di kopi dan sekarang ngurus Coffee Shop Wesmileyah,” ujar Stefri.
Wesmileyah Cafe dibuat agar para remaja dapat meyalurkan minat mereka dalam dunia perkopian. Coffee Shop ini berada di dalam sekretariat Yayasan Wisma Remaja Indonesia yang terletak di Jl. Ismaliyah No. 59 F Medan. Hasil penjualan dari Coffee Shop tersebut nantinya akan 100% didonasikan untuk pendidikan.
Stefri sendiri percaya bahwa tidak ada anak yang tidak memiliki harapan. Semua anak memiliki harapan, hanya saja tidak semua orang mampu melihat harapan-harapan tersebut.
“Kalau saya melihat di setiap anak itu sebenarnya ada harapan, tapi masalahnya adalah bagaimana kita menyelesaikan masalah yang ada di dalam dirinya,” ucap Stefri.
Ia menyampaikan bahwa ia pernah bertemu dengan satu orang anak yang malas pergi sekolah. Orang-orang melihat anak tersebut sebagai pemalas dan tidak ada harapan. Namun, Stefri tak satu pemikiran dengan mereka.
“Saya jumpa satu anak yang malas sekolah. Setelah saya selidiki, ternyata dia punya utang uang sekolah. Jadi, masalah dia, tuh, ada di finansialnya. Sementara, kan, anak anak yang seusia itu akan buntu, mau gimana menyelesaikannya? ‘Saya mau sekolah, bukan saya nggak mau sekolah, tapi setiap hari saya datang, saya dipanggil ke kantor untuk lunasi uang sekolah semata.’ Kan itu suatu hal yang di luar kendalinya,” terang Stefri.
“Nah, jadi akhirnya remaja yang seperti itu, setelah kita tahu solusi masalahnya, kita cari donasi dan kita lunasi uang sekolahnya, ternyata anak ini rajin sekolah. Berarti, kan, anak ini ada harapan,” lanjutnya.
Stefri menginterpretasikan “harapan” tersebut sebagai sosok anak yang potensi-potensinya terhambat akibat faktor-faktor yang timbul di luar kendali si anak. Maka, Yayasan Wisma Remaja Indonesia hadir sebagai tempat edukatif bagi mereka.
Berangkat dari keyakinannya itulah, Stefri menyelamatkan remaja yang membutuhkan pertolongan. Ia juga memiliki pemikiran yang menjadi fondasi berdirinya yayasan tersebut. Stefri berpikir bahwa hal yang harus diwariskan bukan lagi berupa harta, melainkan wadah yang mampu membuat anak-anak membangun sikap positif.
“Saya sering bilang ke teman-teman pengusaha, ‘Ke depan kalian jangan berpikir bahwa saya harus warisi banyak harta atau uang untuk anak-anak. Cobalah berpikir, bahwa kita harus warisi lingkungan organisasi yang positif untuk anak kita.’ Jadi, sekarang nggak boleh berpikir mau mewarisi harta lagi, kita warisi wadah organisasi yang positif. Nah, makanya saya akhirnya terpanggil untuk membuatnya,” jelas Stefri.
Stefri berharap dengan dibuatnya yayasan ini, anak-anak dapat mengekspresikan apa yang mereka minati dan mengisi waktu luangnya dengan hal yang positif.
(Redaktur Tulisan: Hana Anggie)