Hits: 17

Reny Elyna

Pijar, Medan. Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap tahun pada tanggal 25 Januari dan 28 Januari lalu menjadi momentum, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi seimbang, dalam menjaga kesehatan. Melansir dari Ayosehat.kemkes.go.id, Tema Hari Gizi Nasional tahun ini adalah “MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting”.

Hal ini dapat menjadi panggung untuk merefleksikan kebijakan dan praktik gizi di Indonesia, dengan penekanan pada Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kaya protein hewani. Momen ini tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga sebagai kesempatan untuk menyebarkan kesadaran akan pentingnya nutrisi dalam mendukung kesehatan masyarakat.

Dalam konteks ini, protein hewani menjadi fokus utama. Dibandingkan protein nabati, protein hewani memiliki asam amino esensial lebih lengkap dan mudah diserap oleh tubuh. Ayam, sapi, ikan, dan telur sebagai sumber protein hewani, harus dioptimalkan pemanfaatannya, terutama dalam program PMT. Tren diet para Gen Z juga cukup disoroti beberapa tahun ke belakang ini.

Generasi Z, yang dikenal dengan kecenderungan eksploratif dalam gaya hidup, menghadirkan pilihan diet yang menekankan aspek kesehatan dan keberlanjutan. Dalam wawancara eksklusif, penyuka diet dari kalangan Gen Z menyoroti tren menuju protein hewani, terutama dalam sumber-sumber seperti ayam, sapi, ikan, dan telur.

Salsabila Alifah, salah satu pelaku diet menjelaskan bahwa diet itu tidak menyiksa dan jika dilakukan dengan sehat akan berdampak baik bagi kesehatan.

“Menurut saya, diet yang sehat dengan porsi yang seimbang baik sekali untuk kesehatan dan tidak menyiksa, pengalaman saya juga sangat positif. Saya merasa lebih bertenaga dan sehat secara keseluruhan. Memilih protein hewani, seperti ayam dan ikan, memberikan rasa kenyang lebih lama, yang membantu saya mengontrol porsi makan dan mengurangi ngemil di antara waktu makan,” jelasnya.

Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 mengungkapkan peningkatan risiko stunting, menyoroti kegagalan dalam pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Studi Headey et.al (2018) menunjukkan hubungan kuat antara stunting dan konsumsi pangan yang berasal dari hewan. Konsumsi pangan dari hewani yang lebih dari satu juga terbukti lebih menguntungkan.

Dikutip dari Info Sehat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Damayanti Rusli Sjarif, Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik FKUI/RSCM, stunting selalu dimulai dengan penurunan berat badan (BB) akibat asupan nutrisi yang kurang.

“Saat BB mulai turun, anak tidak langsung jadi pendek. Terjadi penurunan fungsi kognitif dulu, baru stunting,” ujarnya

Sementara generasi Z mengadopsi tren diet, peringatan dari Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 tentang risiko stunting menyoroti tanggung jawab yang lebih besar bagi generasi Z dalam memastikan bahwa PMT kaya protein hewani diintegrasikan secara efektif dalam pola makan sehari-hari.

(Redaktur Tulisan: Hana Anggie)

Leave a comment