Hits: 32
Patrycia Gloryanne Pasaribu/ Zian Nabilla Barus
Pijar, Medan. Pernahkah kalian melihat unggahan orang lain yang mengumbar kesedihannya lewat video maupun kata-kata yang dipublikasikan di media sosial? Atau kalian pernah melihat kejadian yang serupa pada keluarga, teman, ataupun orang-orang di sekitar kalian? Atau bahkan kalian sendiri pun mungkin pernah melakukan hal tersebut? Nah, peristiwa itu disebut dengan istilah sadfishing. Apa sih, sadfishing itu?
Secara spesifik, peristiwa sadfishing adalah tindakan seseorang mengumbar rasa sedihnya di media sosial. Biasanya, individu yang melakukan tindakan ini akan memakai cara apapun untuk mencurahkan kesedihannya agar semakin banyak orang yang turut prihatin dan bersimpati kepadanya.
Tindakannya bisa berbeda-beda, tergantung pada platform yang digunakan. Misalnya, dengan mengunggah video di TikTok dan bercerita tentang kesedihannya atau bisa juga dengan menulis tweet di X tentang kondisi dan perasaannya.
Dikutip dari alodokter.com dan choosingtherapy.com, berbagai pengaruh yang menyebabkan peristiwa sadfishing sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa indikator yang berpengaruh besar mengapa peristiwa ini bisa terjadi. Salah satunya adalah pengalaman ketika masa kecil yang kurang dihargai oleh orang tuanya, sehingga ketika beranjak dewasa ia akan mencari cara agar mendapatkan perhatian dari orang lain, yang mana sejak kecil tidak ia dapatkan.
Peristiwa sadfishing juga dipengaruhi oleh kemudahan akses media sosial, seperti Instagram, Facebook, dan X. Kebebasan akses tersebut menjadikan media sosial sebagai sarana curhat untuk mengumbar semua cerita pribadi, bahkan yang bersifat privat sekali pun. Terlebih lagi, penggunanya kebanyakan berasal dari kalangan remaja. Mereka kerap ditemukan melakukan sadfishing di media sosial.
Selain itu, terdapat juga pengaruh dari depresi maupun kecemasan yang disebabkan kurangnya pengolahan emosional dari tiap individu, terutama pada remaja yang masih sangat labil. Emosi dan rasa sedih yang tidak dapat lagi dibendung berujung pada aktivitas sadfishing.
Indikator lainnya yang menyebabkan sadfishing adalah perasaan narsisme ataupun gangguan kepribadian narsistik, yang mana seseorang menganggap bahwa dirinya sangat disukai dan dihargai oleh semua orang. Seluruh perhatian harus selalu tertuju padanya, bahkan melalui cerita sedih sekalipun. Ada pula pengaruh dari penggunaan obat-obata, ataupun narkotika yang membuat seseorang melakukan hal tersebut di luar kesadarannya.
Peristiwa sadfishing menuai berbagai respon. Theresia yang merupakan mahasiswa dari FISIP USU berpendapat bahwa peristiwa sadfishing ini menjurus ke arah negatif karena kegiatan mengumbar cerita kesedihan ke sosial media termasuk ke dalam penyebaran privasi yang berlebihan.
“Saya merasa kurang nyaman dengan orang-orang yang melakukan kegiatan sadfishing, apalagi tujuan mereka berbuat seperti itu untuk mencari perhatian dari orang lain. Ditambah lagi, kegiatan ini dilakukan pada platform media sosial dan secara tidak langsung mereka menyebarkan ranah privasi mereka kepada publik,” jelasnya.
Meskipun setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda-beda sehingga mereka sampai melakukan sadfishing, sesuatu yang bersifat privasi tetaplah harus dijaga.
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan, baik sebagai pengamat maupun pelaku peristiwa sadfishing agar dapat menyikapi hal tersebut dengan baik. Berikut beberapa tips yang dapat diaplikasikan:
- Tidak merespon aktivitas pelaku sadfishing itu sendiri, karena tujuan akhir sang pelaku melakukan hal tersebut adalah mendapatkan perhatian dari orang-orang;
- Bersikap netral;
- Menganggap bahwa tidak semua orang memiliki pandangan yang sama, sehingga respon yang didapatkan pun akan berbeda juga. Apalagi, peristiwa ini berhubungan dengan privasi yang malah dijadikan sebagai konsumsi publik;
- Menjadi pribadi yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk mencurahkan kesedihan si pelaku;
- Konsultasi langsung kepada ahli agar mendapatkan perhatian khusus atas peristiwa yang terjadi.
Orang-orang yang menceritakan kesedihannya bukan selalu mengalami sadfishing. Menceritakan kesedihan di sosial media bukan suatu kesalahan. Hanya saja perlu diminimalisir ataupun dipilah, mana hal yang dapat dikonsumsi publik dan mana hal yang perlu disimpan secara pribadi. Sebab, tidak semua orang di sosial media benar-benar peduli akan cerita yang kita bagikan.
(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)