Hits: 35

Siti Nasuha Abidin Damanik / Tiara Al Medina

Pijar, Medan. Setiap tanggal 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional (HGN) sebagai momentum untuk mengingat betapa besar dan mulianya peran tenaga pendidik. Mengacu kepada Surat Edaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbudristek RI) Nomor 36927/MPK.A/TU.02.03/2023 yang dilansir dari kemdikbud.go.id, peringatan HGN ke-78 pada tahun 2023 mengangkat tema “Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar”.

Adapun tema tersebut dipilih untuk mencerminkan upaya sinergis seluruh komponen pendidikan guna mendorong semangat belajar yang merdeka dan penuh cinta agar memberikan hasil yang terbaik bagi dunia pendidikan di Indonesia. Komponen pendidikan di sini meliputi guru, peserta didik, hingga orang tua.

Akan tetapi seiring kemajuan teknologi di era digital, tantangan bagi tenaga pendidik dalam mengajar generasi muda, khususnya Generasi Z yang menginginkan segalanya serba instan, semakin meningkat. Salah satu penyebab munculnya tantangan ini adalah maraknya penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Penggunaan AI menjadi tantangan karena menciptakan kesenjangan keterampilan digital pada generasi yang berbeda.

Sehubungan dengan pernyataan di atas, Moulita seorang dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara, mengungkapkan tantangannya dalam melaksanakan proses mengajar terhadap mahasiswa Generasi Z di era digital saat ini. Menurutnya, tantangan ini menuntut para dosen untuk mampu beradaptasi terhadap penggunaan teknologi digital.

“Yang menjadi tantangan di sini adalah persoalan literasi digital, dimana terdapat kesenjangan antargenerasi, terutama dalam keterampilan digital antara dosen yang lebih senior secara usia dan mahasiswa Generasi Z yang kita ketahui lebih paham teknologi dan melek digital. Oleh karena itu, kami sebagai dosen tentu perlu menyesuaikan diri dalam penggunaan teknologi digital. Dengan begitu, kami dapat mengetahui jika ada mahasiswa yang menggunakan Artificial Intelligence (AI) dalam mengerjakan tugasnya,” jelasnya.

Namun, Moulita juga tidak memungkiri bahwa penggunaan teknologi AI senantiasa membantu para peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. ChatGPT sebagai salah satu tools AI yang tengah ramai digunakan pun menjadi sorotan. Oleh karena itu, Moulita berharap mahasiswa bisa menggunakannya dengan bijak.

“Penggunaan ChatGPT yang sangat populer saat ini sejatinya tidak terhindarkan apalagi dunia semakin maju. Yang krusial di sini adalah bagaimana mahasiswa tersebut memanfaatkannya secara bijak tanpa melupakan etika akademis. Dalam artian, mereka tidak sembarang copy dan paste jawaban dari AI semata tetapi juga melakukan pengecekan keaslian sumber, membaca, serta mempelajarinya kembali. Dengan begitu, mahasiswa mampu mengembangkan kapasitas diri dengan menghasilkan pemikiran-pemikiran yang orisinil,” ungkap Moulita.

Dengan demikian, HGN 2023 ini diharapkan dapat menjadi langkah konkret menuju perbaikian mutu pendidikan di Indonesia, serta mewujudkan masa depan yang lebih berkualitas dan inovatif.

(Redaktur Tulisan: Naomi Adisty)

Leave a comment