Hits: 10
Aqillah Syahza Non/Hazlina Ganif Sihotang
Pijar, Medan. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Sumatera Utara (KontraS Sumut) mengajak kalangan muda berdiskusi mengenai HAM. Diskusi kali ini mengusung tema “Anak Muda Ngebahas HAM” yang dilaksanakan pada hari Jumat (15/01) secara tatap muka dengan mengikuti protokol kesehatan di kantor KontraS Sumut pada pukul 14.00 WIB – 17.00 WIB.
Rahmad Muhammad, selaku staf penelitian dan kajian KontraS Sumut mengatakan, ide diskusi ini hadir dengan dilatarbelakangi keresahan yang muncul karena ketertarikan yang rendah juga kurangnya kepedulian kalangan muda terhadap HAM.
“Kita bisa lihat sekarang ini lebih banyak ditemui mahasiswa yang lebih suka nongkrong di warung kopi dan bermain game daripada berdiskusi tentang keadilan lingkungan sekitarnya,” kata Rahmad mengungkapkan keresahannya.
Selain itu, ia juga ingin mendorong kalangan muda khususnya mahasiswa agar memiliki perspektif berbeda mengenai HAM terutama untuk mengkaji masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitar.
Diskusi ini dipimpin langsung oleh Amin Multazam yang merupakan koordinator KontraS Sumut, menggantikan Quadi Azzam yang berhalangan hadir dikarenakan masalah kesehatan. Namun, hal ini tidak menyurutkan antusias dari peserta diskusi yang merupakan para mahasiswa di kota Medan.
Amin memulai diskusi dengan menjelaskan apa arti dari hak, yang secara teoritis menurut para ahli sangat banyak definisinya. Sederhananya, hak merupakan sebuah klaim tentang kebenaran yang landasannya berupa landasan moral atau hukum untuk memperoleh, memiliki, atau melakukan sesuatu.
Amin juga meluruskan bahwa hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri seseorang, bukan karena diikat oleh negara, agama, suku, maupun kelompok. HAM itu sudah ada sejak kita lahir, tidak diberikan oleh siapapun.
“Ketika ada manusia lahir di muka bumi maka dia telah memiliki hak, semata-mata karena dia adalah manusia. Jadi tidak ada yang bisa merebut HAM, secara istilah ini disebut hak kodrati, yaitu hak yang terjadi secara alamiah,” jelas Amin.
Amin juga turut menyinggung tentang teori kontrak sosial, di mana seseorang menyerahkan hak-hak yang ada secara alamiah tadi kepada negara. Alasannya, agar negara menjaga dan menetapkan pengurangan maupun pembatasan supaya tidak mengganggu hak-hak dari warga negara lainnya.
“Hal inilah yang menyebabkan mengapa kita selalu menuntut HAM pada Negara,” ucap Amin.
Bagi orang-orang yang bergerak di bidang HAM, masih banyak tuduhan-tuduhan simpang siur yang ditujukan terhadap mereka. “Kadang kala kita di-cap sebagai komunis karena mengulas korban-korban PKI, di satu sisi juga di-cap sebagai antek-antek barat atau liberal karena memperjuangkan kebebasan, padahal dua hal ini jelas musuh abadi,” ungkap Amin menceritakan dilema perjalanannya selama bergerak memperjuangkan HAM.
Tuduhan-tuduhan sendiri itu terjadi karena belum tuntasnya pemahaman dan pengetahuan orang-orang terhadap HAM. Padahal dalam pemahamannya, siapa pun dan dari mana pun golongannya, jika terjadi pelanggaran dan negara abai dalam memenuhi hak-haknya sebagai manusia, harus dibela.
Dalam kegiatan ini, peserta juga dibebaskan untuk menyampaikan pendapat, pertanyaan, maupun sanggahan selayaknya forum diskusi. Sebelum menutup diskusi, Amin menyampaikan pesannya agar memanfaatkan HAM sebagai media perjuangan untuk melindungi dan membela manusia dari ketidakadilan.
“Karena pada dasarnya, kekuatan utama HAM adalah untuk melindungi manusia dari tindakan otoriter pemimpin atau penguasa. Untuk melindungi masyarakat yang rentan dan kecil seperti kita ini, cuma karena hak asasi manusialah kita bisa berbicara, menuntut hak kita,” jelas Amin.
Diskusi-diskusi seperti ini sudah kerap digelar oleh KontraS sendiri, akan tetapi baru kali ini mereka membuka forum terbuka untuk umum. Dengan peserta yang dibatasi hanya sebanyak 25 orang, mengingat bahwa protokol kesehatan tetap harus dipatuhi.
Rahmad mengatakan cukup puas dengan respon para mahasiswa terhadap kegiatan. Kedepannya, diskusi ini akan tetap digelar dengan tema-tema yang berbeda.
Fadillah, mahasiswa UNIMED yang merupakan salah satu peserta diskusi berpendapat bahwa diskusi mengenai HAM masih sangat sedikit yang ia temui. Selain itu, ia juga sangat mendukung hal-hal yag dilakukan oleh pihak KontraS Sumut yang melibatkan anak muda dalam diskusi ini. “Kedepannya saya harap diskusi ini terus dilakukan dan difokuskan satu ke isu HAM saja agar lebih kondusif penjelasannya tidak terlalu lebar,” ucap Fadillah.
(Editor: Erizki Maulida Lubis)