Hits: 58

Nailah Yudi Permata

Pijar, Medan. Tanggal 27 September diperingati sebagai Hari Bhakti Pos dan Telekomunikasi (Postel). Dilansir dari situs Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI). Hari Bakti Postel tahun ini mengangkat tema “Kolaborasi Digital untuk Indonesia Maju” sebagai penghormatan kepada para pejuang telekomunikasi di Indonesia.

Pembentukan Hari Bhakti Postel tak luput dari peran putra-putri bangsa yang menjadi anggota Angkatan Muda Pos, Telegraf, dan Telepon (AMPTT). Mereka mengambil alih Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT) dari kekuasaan pemerintah Jepang.

Pada 3 September 1945, AMPTT menggelar pertemuan yang diikuti oleh Soetoko, Slamet Soemari, Joesoef, dan para pemuda lainnya. Mereka berunding untuk merebut Kantor Pusat Jawatan PTT dari Jepang paling lambat akhir September 1945.

Kemudian, mereka membujuk militer Jepang agar menyerahkan kendali Kantor PTT kepada pemerintah Republik Indonesia (RI). Namun, Jepang menolak dengan dalih bahwa penyerahan kantor PTT harus dilakukan oleh pihak Sekutu selaku pemenang Perang Dunia II.

Selanjutnya, serangkaian perundingan dengan Jepang terus dilakukan. Namun, Jepang tetap abai terhadap tuntutan Indonesia tersebut. Diketuai oleh Soetoko, para pemuda yang tergabung dalam AMPTT pun kembali berunding dan membuat keputusan. Mereka menyusun strategi untuk merebut Kantor Pusat PTT secara paksa dari Jepang sehingga pada 27 September 1945 ditetapkan sebagai hari pelaksanaan rencana tersebut.

Seiring dengan perkembangan zaman, telekomunikasi juga berkembang dengan pesat. Penyebaran informasi tak lagi menggunakan medium seperti telegraf dan faksimile, tetapi sudah memiliki banyak variasi seperti televisi, smartphone, radio, dan lainnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Sabilla Tri Ananda selaku dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara (USU) berpendapat bahwa perkembangan telekomunikasi di Indonesia sudah berjalan cukup baik, tetapi masih terukur tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain.

“Perubahan yang dialami seiring dengan berkembangnya telekomunikasi itu adalah semuanya menjadi serba ringkas. Lebih memudahkan juga dalam berkomunikasi. Tetapi disamping itu, ada beberapa orang yang kehilangan etikanya dalam menghubungi dan interaksi antarmanusia perlahan-lahan semakin berkurang,” ungkap Sabilla.

Perubahan tersebut juga dirasakan oleh Riana Az-Zahra selaku mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi. Ia beranggapan bahwa perkembangan telekomunikasi memudahkan pekerjaannya.

“Perubahan yang saya rasakan adalah saat mengumpulkan tugas. Biasanya dikumpulkan secara langsung kepada dosen, tetapi sekarang bisa dilakukan secara online melalui link Google Drive atau e-mail,” ujarnya.

(Redaktur Tulisan: Rani Sakraloi)

Leave a comment