Hits: 100
Farah Kamilah Siregar / Wiva Anza Dewata
Pijar, Medan. Pilkada 2024, khususnya daerah Sumatra Utara kini memasuki babak baru. Para calon kepala dan wakil kepala daerah tengah berkampanye guna memperkenalkan visi misi mereka kepada masyarakat di daerahnya masing-masing.
Tak hanya turun langsung ke lapangan, para calon kepala dan wakil kepala daerah di Sumatra Utara juga memanfaatkan teknologi internet sebagai alat berkampanye. Mereka memakai media sosial untuk mensosialisasikan program kerja yang ditawarkan dan kegiatan yang mereka lakukan selama proses kampanye berlangsung.
Penggunaan media sosial melalui akun Instagram dan TikTok masing-masing calon telah menjadi strategi baru dalam memenangkan Pilkada. Ditambah banyaknya influencer yang turut andil dalam mendukung dan memeriahkan kampanye masing-masing calon.
Saipul Bahri, pengamat sekaligus dosen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (USU), memberikan tanggapannya terkait kampanye digital para calon kepala daerah.
“Nah, kalau saya ingat ya, kalau kita secara teori politik, partisipasi politik itu sebenarnya adalah bagian dari bagaimana untuk meningkatkan partisipasi pemilih, sangat berguna sekali dan signifikan, bahkan KPU pun menggunakan hal tersebut untuk menggaet pemilih pemula atau generasi Milenial dan Z, dengan program pemilihan politik menggunakan Instagram, TikTok, influencer, dan lainnya,” jelas Saipul.
Beliau juga menambahkan bahwa para influencer akan membawa pengaruh bagi masyarakat dalam pemilihan calon kandidat nantinya.
“Bisa saja itu salah satu variabel, tapi penentunya bukan di situ, biasanya kalau karakter politik Milenial atau Gen Z lebih kritis, makanya nanti debat ini menentukan. Pasca debat akan ada serang di media sosial untuk saling menunjukkan keunggulan. Nah, itu nanti berguna untuk mem-framing mindset pemilih. Tapi yang paling penting kontribusinya nyata,” sambungnya.
Menurut Jonathan Dwi, seorang mahasiswa, penggunaan influencer dalam kampanye politik dapat efektif dalam menarik perhatian pemilih muda.
“Influencer mampu membentuk opini politik publik karena kemampuan mereka untuk menjangkau audiens dengan lebih personal dan relateable. Dengan syarat, influencer yang digunakan harus memiliki reputasi baik dan kredibilitas yang kuat, karena kalau influencer terlalu partisan atau terlihat tidak objektif, maka dapat menurunkan kepercayaan public,” ucapnya.
Sebagai warga negara yang baik, hendaknya kita dapat menentukan dan memilih calon pemimpin selanjutnya dengan berpikir kritis, serta pertimbangan yang matang. Mulai dari mempelajari visi misi, latar belakang pendidikan serta track record masing-masing kandidat, sehingga ke depannya dapat terwujud pemimpin yang mampu membawa perubahan ke arah lebih baik.
(Redaktur Tulisan: Alya Amanda)