Hits: 63
Isaura, Universitas Udayana
Seiring berkembangnya zaman, media pun turut mengalami perubahan. Hal tersebut dapat terlihat dari kemunculan jurnalisme model baru, yakni citizen journalism (Wahyudi, 2020). Citizen journalism atau jurnalisme warga merupakan bentuk partisipasi masyarakat biasa dalam mencari, mengumpulkan, menulis, dan menyebarkan informasi (Wahyudi, 2020). Berbeda dengan jurnalis profesional, citizen journalism tidak dibekali dengan kode etik jurnalis (Hermanto dkk., 2022). Dengan demikian, citizen journalism menuliskan berita atau informasi tanpa terikat kaidah baku.
Perkembangan Citizen Journalism
Citizen journalism muncul pertama kali sebagai bentuk kritik terhadap praktik jurnalisme profesional yang hanya menyoroti kekurangan suatu kekuasaan politik dan mengabaikan kepentingan masyarakat (Eddyono dkk., 2019). Pengabaian kepentingan masyarakat ini terjadi karena jurnalisme profesional terikat dengan kode etik sehingga mereka tidak dapat mempublikasikan segala informasi yang didapatkan (Hermanto dkk., 2022). Oleh sebab itu, masyarakat mengambil tindakan dengan meliput berita atau informasi di sekitarnya yang penting untuk dibahas secara luas.
Sejak media digital semakin maju, citizen journalism makin eksis keberadaannya (Eddyono dkk., 2019). Sebab, saat media digital belum berkembang, citizen journalism perlu mengeluarkan biaya lebih untuk menyebarkan berita, seperti perlu mencetak selebaran atau menghubungi pihak televisi terlebih dahulu (Irawan, 2014). Selain itu, jika dilihat dari sisi pengguna, tidak semua berita pada media konvensional bisa diakses gratis. Hal tersebut tentunya memakan biaya lebih jika dibandingkan dengan menggunakan media digital yang bebas mengakses maupun mengunggah berita kapan saja, di mana saja, dan hanya memerlukan biaya internet. Oleh karena itu, citizen journalism makin eksis keberadaannya sampai saat ini.
Melalui berbagai kemudahan tersebut, maka tak heran masyarakat memberikan ruang khusus bagi citizen journalism. Apalagi, citizen journalism terbukti mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Keberhasilan Citizen Journalism
Salah satu bukti nyata keberhasilan citizen journalism dapat terlihat saat peristiwa Tsunami Aceh tahun 2004. Peristiwa ini terjadi secara tiba-tiba sehingga sulit bagi jurnalisme profesional untuk membahasnya secara langsung. Namun, berkat keberadaan citizen journalism yang didukung keberadaan media sosial, maka informasi terkait Tsunami Aceh dapat disebarluaskan secara real time. Jurnalisme warga bernama Cut Putri, merekam video detik-detik gelombang tsunami menerjang Aceh melalui handycam miliknya dan mengunggahnya pada YouTube.
Berkat rekaman video yang diunggah Cut Putri, masyarakat Aceh mendapatkan perhatian dan bantuan dari berbagai organisasi dan tokoh dunia. Bahkan, tercatat jumlah bantuan internasional untuk korban Tsunami Aceh mencapai lebih dari US$500 juta. Tidak hanya sampai di sana, Palang Merah Indonesia dan Palang Merah Internasional (ICRC) juga memberikan 1.000 terpal untuk membuat tempat penampungan sementara dan memberikan 9.000 pakaian, kebutuhan pokok, perlengkapan kebersihan, dan alat masak untuk pengungsi.
Keberhasilan dari citizen journalism pada era digital tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat sangat penting dalam memberikan dan menyebarkan informasi. Terlebih, jika peristiwa yang terjadi di luar dugaan dan sulit diprediksi, maka masyarakat tentu perlu mengambil peran untuk mempublikasikannya.
Contoh lain dari keberhasilan citizen journalism juga dapat terlihat dari unggahan kerusakan jalan pada Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo. Awalnya, seorang pengendara motor pada 28 April 2023, melalui akun TikTok @kinana__ mengunggah video berdurasi 1 menit yang berisikan informasi terkait jalan pada Kecamatan Tegalsiwalan yang aspalnya telah rusak dan berlubang. Bahkan, saat musim hujan, genangan air akan memenuhi jalan tersebut sehingga kendaraan yang lewat kesulitan untuk melintas.
Melalui unggahan tersebut, masyarakat lainnya menjadi peka terkait permasalahan publik yang selama ini terabaikan. Oleh sebab itu, masyarakat terus menyebarluaskan berita ini hingga Pemerintah Kabupaten Probolinggo turun tangan. Pemkab Probolinggo melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang langsung memprioritaskan dan menganggarkan pembangunan jalan tersebut. Saat ini, Pemerintah Probolinggo sudah mulai melakukan perbaikan jalan secara bertahap.
Keberhasilan dari citizen journalism ini tidak berhenti sampai di sana. Pasca viralnya berita tersebut, Lembaga Swadaya Masyarakat Lumbung Informasi Rakyat (LSM LIRA) Kabupaten Probolinggo juga menyelenggarakan lomba video jalan rusak. Selain untuk merayakan hari jadi Kabupaten Probolinggo, keberadaan lomba ini juga menjadi jembatan bagi masyarakat untuk memberikan informasi terkait jalan rusak yang ada di sekitarnya dengan memanfaatkan media sosial TikTok sehingga dapat ditindaklanjuti oleh Pemerintah.
Dengan demikian, melalui berbagai kemudahan di era digital ini, sudah seharusnya masyarakat berpartisipasi dalam menyampaikan dan mengawal informasi. Menilik keberhasilan citizen journalism di era digital yang mampu menyelesaikan berbagai persoalan publik, maka sudah sepantasnya masyarakat tidak lagi menjadi objek berita, tetapi juga menjadi subjek yang memproduksi berita. Mari, ciptakan jurnalisme Indonesia yang transparan, informatif, dan bermanfaat bagi masyarakat dan negara secara luas!
(Artikel ini merupakan karya Juara 1 dari acara Pijar Grand Competition and Workshop 2023)