Hits: 51

Alvira Rosa Damayanti

“Arranged in words, coloured with images, struck with the right meter, the power of poetry has no match. As an intimate form of expression that opens doors to others, poetry encriches the dialogue than catalyses all human progress, and is more necessary than ever in turbulent times.” – Audrey Azoulay, Director General of UNESCO.

Pijar, Medan. Sejak tahun 1999, tanggal 21 Maret diperingati sebagai perayaan Hari Puisi Dunia atau disebut juga World Poetry Day. Di mana penempatan tanggal ini merupakan hasil resolusi UNESCO (United Nations Education, Scientific, and Cultural Organizations).

Dukungan UNESCO dalam memperingati Hari Puisi Dunia, pertama kali dinyatakan dalam Konferensi Umum ke 30 pada tahun 1999 di Paris, Perancis. Momentum perayaan ini diperuntukkan sebagai penghormatan kepada para penyair, mendukung citra puisi yang lebih positif, dan tidak dianggap ketinggalan zaman.

UNESCO menilai bahwa puisi memiliki peran penting dalam sejarah, terutama  dalam bidang seni dan budaya. Alasan kuat mengapa 21 Maret ditetapkan sebagai Hari Puisi Dunia juga didasarkan pada penempatan hari penghapusan diskrimasi ras.

Dani Sukma Agus Setiawan, salah satu sastrawan nasional yang sudah 18 tahun menjadi penghayat aksara, mengatakan bahwa tujuan dari ditetapkannya Hari Puisi Dunia ini sebagai bentuk pengakuan dan dorongan baru bagi gerakan puisi nasional, regional, dan internasional.

“Seorang pemuisi dalam proses kepenyairannya, mesti menyadari bahwa puisi yang ditulis dan dibacakannya akan berpengaruh besar dalam dialektika pendidikan intelektual dan spiritual. Puisi bukan sekadar deretan kosakata, melainkan juga sarana mendewasakan pemikiran setiap penghayat dan penikmatnya,” tulis Dani saat diwawancara melalui pesan WhatsApp pada Senin (20/3/23).

Dani juga mengatakan bahwa Hari Puisi Dunia ini menjadi sebuah penanda bahwa peran pemuisi dalam pembangunan peradaban melalui karya sastra, terutama puisi harus ditunaikan dengan sehormat-hormatnya.

Berbagai kalangan turut memperingati Hari Puisi Dunia dan menyampaikan harapan serta menuliskan beberapa pesan bermakna yang ia rasakan. Seperti salah satunya Teguh Ardiansyah, ia mengatakan bahwa puisi sendiri merupakan bahasa persatuan, yang artinya memiliki kejujuran dan keindahan di dalamnya.

“Puisi itu merupakan bahasa persatuan. Artinya, dengan puisi terdapat keindahan untuk dinikmati bersama, terdapat kejujuran untuk dipahami bersama, dan terdapat kebebasan untuk dirasakan bersama,” ungkap Teguh, saat diwawancara pada Senin (20/3/23).

Teguh juga mengatakan bahwa banyak cara mengabadikan hidup. Salah satunya adalah dengan menulis puisi. Karena dengan puisi, kita bisa memulai perubahan untuk hari ini, esok, dan hari-hari ke depannya.

(Redaktur Tulisan: Naomi Adisty)

Leave a comment