Hits: 43

Zain Fathurrahman

Pijar, Medan. Pangan atau makanan merupakan kebutuhan paling mendasar dalam keberlangsungan hidup umat manusia. Setiap tahunnya pada 16 Oktober, dunia memperingati Hari Pangan Sedunia. Peringatan ini ditetapkan oleh Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), organisasi pangan dan pertanian PBB, pada 1979 silam.

Sejak 1981 hingga saat ini, FAO menyelenggarakan dan merayakan peringatan Hari Pangan Sedunia dengan tema khusus tiap tahunnya. Adapun untuk tahun ini, FAO menetapkan tema dengan jargon Leave NO ONE Behind. Jargon ini menyerukan solidaritas global untuk mengubah sistem agrifood untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, mengatasi ketidaksetaraan, meningkatkan ketahanan, dan mencapai pembangunan berkelanjutan.

Nyatanya, angka kekurangan gizi di dunia pada 2021 berada pada angka 767,9 juta orang, naik sekitar 6,7% dari tahun lalu yang berada pada angka 721,7 juta orang.

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa desa atau kelurahan di tanah air yang penduduknya menderita kekurangan gizi mencapai 12.183 desa. Nusa Tenggara Timur berada di urutan paling atas dengan angka sebanyak 1.671 desa.

Hal penting yang harus diperhatikan juga adalah tentang bagaimana kebiasaan masyarakat yang masih sering membuang-buang makanan. Berdasarkan penelitian Bappenas pada 2021, potensi sampah yang dihasilkan dari makanan terbuang di Indonesia pada 2010-2019 mencapai 23 — 48 juta ton per tahun, atau sekitar 115 — 184 kilogram per kapita per tahunnya.

Tentu sangat ironis untuk mendengar data tersebut,  karena dikutip dari Global Hunger Index (GHI), Indonesia pada 2021 menempati posisi ketiga kelaparan tertinggi di Asia Tenggara, setelah Laos dan Timor Leste.

Di sinilah Hari Pangan Sedunia harusnya memiliki peran penting untuk menyadarkan masyarakat Indonesia bahwa mereka masih belum bijak dalam menyadari situasi kemerataan pangan pada saat ini. Hari Pangan Sedunia idealnya harus bisa menjadi penggerak untuk dapat mengentaskan angka kurang gizi dan kelaparan, tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.

Banyak langkah yang dapat dilakukan dalam menyikapi permasalahan pangan di Indonesia, salah satunya memberikan panggung utama, misalnya bagi organisasi yang berfokus pada bidang food waste dengan menyalurkan makanan berlebih dari restoran, katering, toko roti, hotel, lahan pertanian, pernikahan, dan donasi individu yang telah melewati serangkaian uji kelayakan makanan untuk disalurkan kepada yang membutuhkan.

Permasalahan ini bukan pekerjaan untuk sebagian orang saja, melainkan masalah bersama yang harus dimulai dari kesadaran diri terlebih dahulu. Demi mimpi bersama untuk masyarakat Indonesia yang bebas dari kelaparan dan kekurangan gizi, selamat Hari Pangan Sedunia, Indonesiaku.

(Redaktur Tulisan: Laura Nadapdap)

Leave a comment