Hits: 189
Alya Rizki Fitriani / Valencia Christiani Zebua
Pijar, Medan. Seperti yang kita ketahui bersama, segala sesuatu yang terlalu berlebihan itu tidak baik. Terlalu baik maka rentan dimanfaatkan, terlalu banyak makan malah mengundang berbagai macam penyakit, terlalu sering mandi juga akan merusak kulit kita. Sama halnya dengan ambisi. Memiliki ambisi itu baik, tapi terlalu berambisi terhadap suatu hal hanya akan menutup mata dan hati pada hal yang terjadi di sekitar kita dan akhirnya menimbulkan keserakahan diri.
Film The Cursed: Dead Man’s Prey menceritakan bagaimana keserakahan dari ambisi berlebih berujung pada malapetaka yang merugikan banyak pihak dengan mengambil sudut pandang Im Jin-hee (Uhm Ji-won) seorang reporter yang masa lalunya berkaitan dengan ilmu gaib. Hal ini disimpulkan melalui beberapa kepingan flashback scene di mana kejadian-kejadian dahulu kerap kali mengganggu konsentrasinya hingga buyar.
Tidak melulu berfokus kepada seluk beluk Jin-hee, kita diajak untuk berpetualang memecahkan suatu misteri kasus pembunuhan di mana pelakunya sudah tewas beberapa bulan sebelum melakukan tindak kriminal. Memanfaatkan statusnya sebagai reporter dan berbekalkan akun media pribadi sebagai perantara ia keukeuh untuk mengusut kasus ini sampai tuntas.
Satu hal yang menarik perhatian penonton adalah dengan diangkatnya kegiatan ritual ilmu hitam berbau tradisional oleh ‘Dukun Santet’ yang ingin membalaskan dendamnya. Hal ini sudah tidak asing lagi bagi kita masyarakat Indonesia.
Mungkin dengan adanya unsur dukun di film ini membuat beberapa penonton hanya terfokus akan sisi mistisnya saja sehingga pesan implisit sebenarnya terlupakan. Padahal, sudah jelas bahwa film ini merupakan bentuk dari kemarahan masyarakat pinggiran yang dipandang sebelah mata oleh orang dengan status sosial tinggi yang cenderung terlalu serakah akan sesuatu sehingga menghalalkan segala cara agar tujuannya tercapai, termasuk mempergunakan makhluk bernyawa sebagai objek eksperimen.
Dibalutkan dengan suasana mistis, kehadiran film ini dapat menjadi sebuah pengingat bagi kita untuk tetap menghadirkan rasa simpati dan empati saat ingin mencapai ambisi. Seperti apa yang diceritakan, ambisi yang egois merugikan pihak lain yang menimbulkan dendam dari pihak yang berkaitan.
The Cursed: Dead Man’s Prey merupakan spin off dari drama yang berjudul sama, The Cursed. Naskah film ini ditulis oleh Yeon Sang Ho yang merupakan orang yang sama di balik Train to Busan. Tidak heran, suasana mencekam dari film ini sama seperti yang dapat kita rasakan dari film Train to Busan. Film ini berhasil menyampaikan pesan sekaligus menghibur penonton dalam waktu 109 menit. Selain itu, film ini juga berhasil menampilkan visual yang menggambarkan alur cerita dengan baik, walaupun untuk beberapa bagian terasa terlalu ‘buatan’.
(Redaktur Tulisan: Tasya Azzahra)