Hits: 267
Naomi Adisty
Pijar, Medan. Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) merupakan salah satu program dari Kemdikbudristek, di mana terjadi pertukaran mahasiswa dari satu daerah ke daerah lainnya untuk memberikan pengalaman kebhinekaan dan sistem alih kredit sebanyak 20 SKS.
Shinta Tri Oktavia adalah salah satu mahasiswi di USU yang terpilih untuk mengikuti program PMM ini. Shinta berkesempatan untuk belajar di Universitas Halu Oleo, Kendari. Mahasiswi Sastra Jepang FIB USU itu mengaku senang mendapat kesempatan belajar di Universitas Halu Oleo.
“Perasaan saya senang karena dapat kesempatan untuk belajar di universitas lain. Terlebih lagi, di Universitas Halu Oleo tempat saya sekarang bisa banyak belajar kebudayaan yang berbeda, salah satunya dari segi bahasa. Sebab, di Universitas Halu Oleo ini pembelajarannya masih banyak menggunakan bahasa daerah,” tuturnya.
Sementara itu, mahasiswa Ilmu Administrasi Publik FISIP USU, Jefry Josia Lumban Tobing yang mengikuti program PMM di lima universitas berbeda, yakni di Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Brawijaya, Universitas Jember, Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Gorontalo pun turut merasa senang.

Menurut Jefry, program PMM ini memberikan kemerdekaan bagi mahasiswa dengan mengambil mata kuliah yang sesuai minat. Oleh karenanya, Jefry mengambil kesempatan ini di lima universitas yang berbeda. Dengan mengikuti PMM di lima universitas yang berbeda, ia merasakan sistem pembelajaran yang berbeda-beda.
“Di Universtias Jember, UNNES, dan Universitas Gorontalo hampir sama dengan USU yang mayoritas menggunakan Zoom. Bedanya, ini disediakan dari kampus dan dicampur dengan menggunakan e-learning. Kemudian, bedanya yang lain adalah di Universitas Jenderal Soedirman sering menggunakan Google Meet dan Moodle yang terhubung langsung dengan portal kampus, juga Universitas Brawijaya memakai website pembelajaran SPADA Dikti yang dikeluarkan Kemdikbudristek RI,” ucapnya.
Hal senada mengenai perbedaan sistematika pembelajaran juga dirasakan Ilyas Muaji, mahasiswa Sosiologi FISIP USU yang mengikuti program PMM di Universitas Sam Ratulangi Manado. Prosedur pembelajaran daring yang lebih sistematis dan teratur di universitas tersebut, diharapkannya dapat ditiru oleh USU.
“Jujur di Universitas Sam Ratulangi Manado lebih canggih karena menggunakan sistem yang lebih terarah, misalnya ketika masuk Zoom harus melalui portal dahulu jadi tidak ada orang lain yang menyusup. Kemudian, sistem kehadiran menggunakan fitur dan kode yang telah disediakan oleh kampus sehingga dapat terlihat jelas riwayat kehadiran seluruh mahasiswa. Harapannya semoga ini bisa ditiru USU dalam sistem pembelajaran daring,” ujar Ilyas.
(Redaktur Tulisan: Rassya Priyandira)