Hits: 87

Shilva Devira

Pijar, Medan. Selalu berusaha terlihat baik-baik saja saat sedang menghadapi segudang masalah mungkin sering dirasakan oleh semua orang. Kondisi tersebut umumnya terjadi karena kesedihan yang sedang kita alami tidak ingin diketahui orang lain, atau bahkan tidak ingin dipandang dengan tatapan kasihan oleh orang lain. Nah, jika kamu pernah mengalami hal tesebut, bisa jadi kamu sedang terjebak dalam FONO.

FONO yang merupakan singkatan dari fear of negativity outlook adalah sebuah ketakutan dalam diri seorang untuk terlihat buruk di depan orang lain. FONO terjadi saat orang-orang yang menyembunyikan perasaan atau emosi negatifnya agar terlihat baik-baik saja dihadapan orang lain. FONO dipandang sebagai suatu sikap yang terlalu ceria tanpa memperdulikan seburuk apapun keadaan. Mungkin Sobat Pijar akan berpikir bukankah itu hal yang bagus? Perlu diketahui bahwa menutupi emosi yang dirasakan bisa berakibat buruk bagi kesehatan mental kita.

Dilansir dari CNN Indonesia, bahwa emosi merupakan hal yang wajar dan seharusnya tidak dihindari. Ketika pikiran mencoba menggagalkan emosi yang berlebihan, otak akan memberi tekanan pada pikiran dan tubuh yang menimbulkan tekanan pada psikologis. Bukan hanya penyakit mental, menahan emosi juga  bisa menimbulkan masalah fisik seperti penyakit jantung, masalah usus, sakit kepala, insomnia, dan gangguan autoimun.

Membatasi atau bahkan mengekang emosi kita dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Biasanya FONO ini akan membuat penderitanya merasa stres, sedih, marah, lemah bahkan merasa gagal terhadap dirinya. FONO muncul dari pemikiran-pemikiran negatif kita akan hal-hal yang belum tentu terjadi, seperti takut dikira lemah, khawatir dinilai tidak kompeten, takut dikira tidak becus, bimbang dinilai tidak dewasa secara emosional hingga takut dikira tidak berwibawa.

Sikap overthinking inilah yang membuat seseorang mengalami FONO, kita terlalu memerdulikan perkataan orang yang bahkan tidak memedulikan kita, selalu menampilkan image bahagia dan positif, atau lebih dikenal dengan istilah “jaim”, serta terjebak “achievement treadmil” atau haus akan pencapaian yang membuat orang ingin selalu terlihat sempurna juga dapat menjadi penyebab dari masalah satu ini.

FONO sangat berdampak buruk untuk kesehatan mental. Selain itu, ketakukan akan terlihat buruk ini juga berdampak ke beberapa aspek dalam hidup kita seperti ketakutan akan kegagalan, ragu untuk berpendapat karena overthinking soal pikiran orang lain tentang diri kita, kurang berempati pada orang lain, dan juga sering merasa sedih bahkan depresi akibat memendam perasaan.

Buat sobat Pijar yang sudah terkecoh dengan hal positif yang toxic ini jangan khawatir, karena ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi ini. Yang pertama, jangan menyangkal emosi negatif dari diri kita tetapi rangkul emosi itu, lakukan afirmasi positif seperti “emosi ini adalah sesuatu yang normal dan wajar, setiap orang juga mengalaminya, aku bisa mengekspresikan emosi ini”.

Langkah selanjutnya yang dapat sobat Pijar lakukan adalah curhat ke orang-orang terdekat atau jika diperlukan ke pihak profesional. Sangat baik saat sobat Pijar bisa berbagi masalah-masalah yang dialami dengan orang lain dan akan ada perasaan lega yang dirasakan. Dan tidak ada salahnya jika kita harus mengunjungi psikiater untuk mengatasi masalah ini, setiap orang berhak untuk bahagia dan jika psikiater adalah solusinya, lalu kenapa tidak?

Tetapi jika sobat Pijar tidak nyaman untuk membicarakan hal ini dengan orang lain, kalian bisa mencari alternatif lainnya seperti journaling. Dilansir dari Kompasiana, bahwa dengan mulai menulis kita akan fokus pada proses emosi dan rasa syukur sehingga dapat menghilangkan stres, karena pada saat itu kita akan menulis secara terperinci tentang perasaan dan pemikiran kita. Apalagi kalau dilakukan secara konsisten.

Dan hal terakhir yang sobat Pijar perlu lakukan yaitu sadari bahwa beberapa momen terbaik di hidup terjadi karena emosi-emosi yang ada pada diri kita. Perasaan bahagia, sedih, marah, kecewa, bangga, dan lainnya membuat hidup kita lebih berwarna dan menjadikan kita untuk lebih menghargai emosi-emosi itu. Seperti yang dikatakan presiden India ke-11, Dr. Abdul Kalam.

“If you never tasted a bad apple, you would not appreciate a good apple. You have to experience life to understand life.”

So, tidak masalah bagi kita untuk selalu terlihat baik dan senang, tetapi ingat bahwa tidak ada salahnya untuk juga menunjukkan emosi negatif seperti halnya kalian mengekpresikan emosi positif kalian. Karena itu adalah hal yang sangat normal dan dialami semua manusia, kalian hebat dan berharga, just the way you are.

(Editor: Diva Vania)

Leave a comment