Hits: 76

Aisha Tania Sinantan Sikoko

Pijar, Medan. Siapa sangka pesawat kertas, mainan saat di bangku sekolah ini ternyata menjadi salah satu ajang lomba internasional. Antusiasmenya pun tidak main-main. Puluhan ribu peserta yang merupakan mahasiswa dan penggemar aviasi dari berbagai negara ikut serta dalam perlombaan ini. Salah satu kompetisi pesawat kertas internasional yang populer adalah Red Bull Paper Wings.

Red bull Paper Wings merupakan kompetisi pesawat kertas internasional terbesar di dunia, sebuah perayaan akan keajaiban dari aviasi. Dasar dari perlombaan sederhana, peserta diarahkan untuk melipat kertas ukuran A4 menjadi pesawat kertas tanpa merusak kertas untuk kemudian dilemparkan. Kategori perlombaan terdiri dari jarak terbang terjauh, waktu di udara terlama, dan aerobatik. Untuk aerobatik sendiri yang dinilai adalah nilai artistik, trik, dan pembawaannya dalam menghibur.

Perlombaan ini pertama kali diadakan pada tahun 2006 dan seiring berjalannya waktu, ajang ini semakin populer hingga terakhir diadakan untuk kelima kalinya pada tahun 2019. Pada tahun 2019 sebanyak 318 universitas di 61 negara ikut berpartipasi yang dimulai dengan kompetisi regional. Dari sana didapatkan kurang lebih 200 pemenang yang kemudian diterbangkan Salzburg, Austria untuk babak final.

Meski terlihat sederhana, namun membuat pesawat kertas yang bagus harus melewati banyak percobaan dan kegagalan. Untungnya dalam prosesnya pesawat kertas yang gagal cukup dibuang ke tempat sampah terdekat saja. Setiap lipatan dari pesawat dibuat untuk menyesuaikan hukum fisika seperti daya apung, stabilitas, sudut terbang, posisi angkat, gravitasi, gaya hambat, dan sudut dihedral agar dapat terbang. Komponen dari pesawat kertas meliputi hidung, kemudi, lambung, sirip, ekor, dan airfoil.

Sejak tahun 2006, Indonesia baru mulai mengikuti kompetisi pada tahun 2019. Kompetisi regional Indonesia ini didakan di Universitas Indonesia dan Universitas Tarumanegara dan diikuti 158 peserta. Tiga pilot, sebutan untuk peserta, pemenang untuk tiga kategori dari Indonesia akhirnya melanjutkan perjuangannya ke tahap Final di Austria. Walaupun tidak berhasil jadi juara dunia, namun tahun 2019 tersebut telah membuka jalan baru menuju cabang perlombaan baru untuk mengharumkan nama Indonesia di dunia.

Sederhananya pesawat kertas dilempar agar terbang. Tapi tentu bukan hal sederhana untuk membuat pesawat kertas terbang jauh, lama, dan dengan indah. Ada empat gaya yang bekerja pada pesawat kertas ada gaya hambat, gaya gravitasi, gaya dorong, dan gaya angkat.

Gaya hambat adalah gaya yang disebabkan oleh udara yang menghambat gerakan pesawat untuk bergerak maju sehingga pesawat perlu di desain sedemikian rupa agar mengurangi hambatan oleh udara. Lalu ada gaya gravitasi yang membuat segala sesuatu tetap jatuh ke atas. Desain pesawat dibuat dengan beban seminimal mungkin.

Selanjutnya gaya dorong yang datang dari kekuatan lemparan awal dari pilot. Gaya dorong ini adalah gerakan pesawat ketika bergerak maju. Terakhir ada gaya angkat ketika udara di bawah pesawat memiliki tekanan lebih besar daripada bagian atas sama seperti saat pesawat udara lepas landas di mana tekanan udara di bawah badan pesawat lebih tinggi sehingga badan pesawat akhirnya terangkat ke atas.

Redbull Paper Wings sering diikuti oleh kontestan terdahulu untuk mengalahkan rekor sebelumnya. Sejauh ini jarak terjauh dipegang oleh Jake Hardy dari USA yaitu 56,1 m. Waktu di udara terlama dipegang oleh Cameron Clark dari Australia yaitu 13,33 detik. Terakhir aerobatik dipegang oleh Kateryna Ahafonova dari Ukraina dengan skor 27 poin yang juga wanita pertama yang berhasil memenangkan kompetisi internasional ini.

Buat sobat Pijar yang penasaran dengan perlombaan ini bisa mendaftarkan diri pada perlombaan selanjutnya. Siapa tahu kalian bisa jadi kebanggaan Indonesia selanjutnya. Walaupun belum ada kabar kapan tepatnya perlombaan selanjutnya akan diadakan, sobat Pijar bisa follow instagram @redbullindo agar tahu info terbaru tentang perlombaan ini.

(Editor: Muhammad Farhan)

Leave a comment