Hits: 47
Talitha Nabilah Ritonga
Medan, Pijar. Wayang merupakan salah satu seni tradisional Indonesia yang berkembang di Jawa. Dalam bahasa jawa, wayang diartikan sebagai bayangan karena wayang dapat dinikmati dari belakang kelir atau hanya menikmati bayangannya saja. Bercerita tentang wayang tentunya banyak jenis wayang yang kini sudah berkembang di Indonesia, salah satunya wayang sunar.
Tepat pukul 15.00 WIB pada 17 Oktober 2020 melalui kanal youtube Galeri Indonesia Kaya, Komunitas Wayang Sunar menggelar pentas dalam jaringan (daring) yang berjudul ‘Sunar Rahwana’. Karya ini merupakan karya pertama pada Festival #PentasDaringRuangKreatif. Festival ini juga merupakan bagian dari program ‘Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia’ yang dinaungi oleh Galeri Indonesia Kaya, Bakti Budaya Djarum Foundation, dan Garin Workshop.
Hasil karya tersebut merupakan karya seni pertunjukan dengan memadukan wayang tiga dimensi yang dapat mengeluarkan cahaya (Sunar), teater, vokal, koreografi, dan musik. Dialog diungkapkan melalui tembang-tembang klasik (Kawi dan Cekepung) dan bentuk koreografi wayang. Pertunjukan ini diawali dengan tembang yang dilantunkan oleh sang dalang dan dilanjutkan dengan tembang yang dilantunkan Dewi Sita.
Sunar yang memiliki arti sinar atau cahaya menjadi pondasi awal kisah Sunar Rahwana. Garapan ini pun mengangkat kisah sisi yang paling terang dari sosok Rahwana, yaitu cintanya kepada Dewi Sita. Sebagaimana yang diketahui banyak orang, Rahwana merupakan sosok penguasa kegelapan atau sosok antagonis dalam Lakon Ramayana. Namun, wayang sunar mengulik lebih dalam kisah Rahwana yang ternyata memiliki sisi positif yang tidak terungkapkan.
Dalam garapan ini, wayang sunar menciptakan tiga wayang yang berbahan dasar rotan. Wayang soul yang merupakan representasi hati nurani seorang Rahwana, wayang hanoman sebagai wujud perwakilan Rama, dan wayang kupu-kupu.
Wayang sunar sendiri merupakan komunitas asal Denpasar yang bergerak di bidang seni, khususnya seni pedalangan. Diberi nama Wayang Sunar, karena komunitas ini mengangkat sebuah karya dari wayang yang terinspirasi dari bentuk Ogoh-Ogoh Bali. Wayang ini berbentuk tiga dimensi dengan menyerupai anatomi tubuh manusia.
“Secara filosofi, wayang sunar tidak hanya wayang yang dapat mengeluarkan cahaya, tetapi kita dapat memaknainya lebih dalam bahwasanya sinar tersebut saya pahami sebagai hati nurani yang ada di dalam diri masing-masing, bahwa setiap orang memiliki sinar keunggulannya masing-masing,” jelas Gus Pangsua selaku sutradara Sunar Rahwana.
Meskipun penayangan karya ini berjalan dengan baik, kendala tetap ada dalam prosesnya. Gus Pangsua menceritakan kendala dalam eksplorasi gerak wayang dan banyaknya kendala teknis yang mereka alami. Mulai dari penempatan lampu pada wayang tersebut, korsleting, dan harga lampu yang terbilang mahal.
Akan tetapi, Wayang Sunar berhasil membuat banyak penonton terpukau dengan karya mereka. Hal ini dilihat dari banyaknya komentar baik pada live chat kanal live streaming Youtube dan banyaknya penonton yang mencapai 455 views.
(Editor: Erizki Maulida Lubis)