Hits: 783

Esra Natalia Margaretha

“Vanity and pride are different things, though the words are often used synonymously. A person may be proud without being vain. Pride relates more to our opinion of ourselves, vanity to what we would have others think of us.”Jane Austen, Pride and Prejudice

Pijar, Medan. Jane Austen merupakan seorang penulis novel pada abad ke-18 hingga abad ke-19 yang berkebangsaan Inggris. Jane Austen dalam novel-novelnya sering mengangkat isu-isu sosial, yang terjadi di Inggris pada saat itu. Ia juga sering mengkritik mengenai ketergantungan perempuan pada pernikahan yang mengejar kedudukan sosial dan keamanan ekonomi yang menguntungkan. Salah satu novelnya yang membahas akan hal itu berjudul Pride and Prejudice.

Pride and Prejudice, novel yang dipublikasi pada tahun 1813 ini menceritakan tentang kisah cinta gadis dari keluarga kalangan menengah dengan seorang pria dari keluarga kalangan atas di Inggris pada akhir abad ke-19.

Elizabeth Bennet merupakan tokoh utama yang digambarkan sebagai gadis pintar dan periang yang tidak ingin diintimidasi oleh siapapun. Elizabeth merupakan anak kedua dari lima orang bersaudara yang semuanya perempuan. Hal ini membuat Mrs.Bennet, ibu mereka khawatir akan nasib kelima putrinya yang tidak akan mendapatkan harta warisan jika ayah mereka meninggal. Kekhawatiran itu kemudian menjadi ambisi Mrs.Bennet untuk menikahkan putri-putrinya kepada pria-pria muda yang kaya.

Pada suatu hari, Mrs.Bennet mendengar kabar mengenai pria muda kaya yang akan pindah ke Netherfield, yang tidak jauh dari kediaman keluarga Bennet. Pria itu bernama Mr.Bingley, yang dikenal sebagai pria yang ramah dan sopan. Berbeda dengan Mr.Bingley, Mr.Darcy yang merupakan temannya yang ikut serta bersamanya itu dikenal sebagai pria yang angkuh dan tidak ramah.

Kesempatan Mrs.Bennet untuk mempertemukan Mr.Bingley kepada putri-putrinya akhirnya terwujud. Keluarga Bennet akhirnya bertemu dengan Mr.Bingley dan temannya itu disuatu acara pesta dansa. Tak dapat dipungkiri, Mr.Bingley langsung terpesona oleh keanggunan putri pertama keluarga itu, Jane Bennet. Hubungan antara Mr.Bingley dan Jane membuat Elizabeth dan Mr.Darcy menjadi sering bertemu.

Namun, suatu ketika Mr.Bingley dan rombongannya meninggalkan kediamannya itu menuju ke London tanpa memberikan kabar kepada siapa pun bahkan Jane. Hal ini membuat Jane merasa sedih dan menderita. Elizabeth yang tak tahan melihat kakaknya menderita pun menjadi marah kepada Mr.Bingley. Hingga suatu hari, ketika Elizabeth mengunjungi temannya di Kent, ia bertemu kembali dengan Mr.Darcy.

Pertemuan mereka membuat kebencian Elizabeth kepada Mr.Darcy semakin kuat. Kebencian-kebencian yang sebenarnya berasal dari prasangka Elizabeth sendiri hingga akhirnya ia mengetahui kebenaran yang sebenarnya terjadi melalui sepucuk surat yang dikirimkan oleh Mr. Darcy kepadanya. Semakin lama Elizabeth pun menyadari perasaannya kepada Mr. Darcy. Namun setelah semua yang terjadi, apakah Elizabeth dan Mr.Darcy dapat bertemu kembali dan bersatu?

Dalam novel Pride and Prejudice ini, Jane Austen cukup kuat dalam menggambarkan karakter-karakternya sehingga novel romansa ini tetap menjadi novel klasik yang banyak diminati hingga saat ini. Keangkuhan Mr.Darcy dan juga prasangka-prasangka Elizabeth lah yang sebenarnya menjadi penghalang dalam hubungan mereka.

Tidak melulu membahas tentang cinta, dari novel ini juga kita dapat membayangkan bagaimana kehidupan sosial di Inggris pada saat itu yang sangat terlihat jelas kesenjangan sosial yang terjadi.

(Editor: Lolita Wardah)

Leave a comment