Hits: 464
Azrina Hulwani / Intan Sari
“Kita masih memiliki kesempatan untuk melakukan yang terbaik. Sampai nanti si krayon ini habis. Sampai nanti ruh ini pergi meninggalkan tubuhnya.”
Pijar, Medan. Mungkin banyak yang tidak mengetahui bahwa manusia dan krayon memiliki persamaan. Krayon punya pilihan warna yang berbeda-beda. Manusia punya karakter yang berbeda-beda. Setiap warna memiliki perannya masing-masing dan setiap manusia, unik sesuai karakternya masing-masing.
Walaupun patah, krayon tetap bisa memberikan warna, dan manusia, walaupun memiliki masa lalu yang buruk, ia masih dapat berbenah untuk menjadi lebih baik di hari ini dan masa yang akan datang.
“The Philosophy of Crayon” merupakan sebuah buku yang mengambil analogi krayon sebagai ide utama tulisannya. Buku yang ditulis oleh Carrin Fu ini berisi 144 halaman yang tiap halamannya ditulis dengan warna-warni, persis seperti warna-warna krayon.
Buku ini mengisahkan tentang bagaimana hidup memberikan makna dalam setiap kisah yang telah kita lalui. Pun tentang beragam solusi yang berhasil kita temukan dari berbagai permasalahan yang telah dilewati.
Carrin Fu mengumpamakan dunia sebagai kotak krayon dan manusia adalah krayon yang ada di dalamnya. Di dalam satu kotak krayon ada berbagai macam warna yang mampu menghadirkan perbedaan warna pada tiap bidang yang mereka goreskan.
Setiap krayon juga memiliki ‘luka’ yang berbentuk patahan. Semakin sering krayon itu dipakai, maka ‘luka’ yang ada pun semakin banyak. Begitu pula dengan manusia yang akan menemukan ketidaksempurnaaan pada hidup ini. Pada satu titik, kita akan menghadapi kenyataan bahwa hidup kita ini tidak berjalan seindah rencana yang kita inginkan. Semua terjadi akibat kesalahan-kesalahan yang kita buat sendiri. Goresan yang disebabkan oleh tindakan kita sendiri.
Namun buku ini mengajarkan kita tentang arti penerimaan diri. Tentang bagaimana kita harus mengakui kesalahan diri, menikmati setiap emosi, untuk kemudian belajar dari semua salah dan luka.
Carrin Fu mengingatkan pada kita bahwa betapa besar pun luka yang kita alami, kita tidak boleh terlalu fokus pada setiap ke bagian yang ‘cacat’ hingga lupa suatu hal, bahwasanya seberapa hancur pun bentuk sebuah krayon maka, krayon tetap dapat memberikan warna indahnya.
Buku ini merupakan buku ringan yang cocok untuk dibaca saat sedang ingin merefleksi diri dan pikiran dengan bacaan yang santai namun tetap memberi makna yang dalam.
(Redaktur Tulisan: Hidayat Sikumbang)