Hits: 32

Zain Fathurrahman

Podcast muncul sebagai argumen bahwa konten audio tidak akan pernah mati, setidaknya untuk sekarang ini.

Pijar, Medan. Dunia digital menjadi media yang memiliki perkembangan yang sangat cepat dan masif. Konten-konten dalam format baru terus bermunculan, kita sebagai pengguna media diberikan banyak pilihan untuk menghabiskan waktu.

Dunia digital dulunya didominasi oleh konten-konten audiovisual yang dianggap membahayakan eksistensi radio sebagai konten yang hanya menyuguhkan audio saja. Tetapi, kini podcast muncul sebagai argumen bahwa konten audio tidak akan pernah mati, setidaknya untuk sekarang ini.

Podcast, merupakan istilah yang dicetuskan oleh Ben Hammersley, yang menggabungkan dua kata, iPod dan broadcast. Dalam website apple, podcast diartikan sebagai episode program yang tersedia di Internet.

Podcast biasanya merupakan rekaman asli audio atau video, tetapi bisa juga merupakan rekaman siaran televisi atau program radio, kuliah, pertunjukan, atau acara lain. Adriano Qalbi, dalam Podcast Raditya Dika, mendefinisikan podcast sebagai audio based platform on demand. On demand di sini berarti dapat dinikmati kapan pun oleh si pengguna.

Ketika Steve Jobs mengemukakan bahwa podcast akan menjadi generasi baru radio, banyak orang yang bingung dan heran atas pernyataannya. Bagaimana cara konten dengan format audio saja bisa mengalahkan konten-konten berformat audiovisual yang lengkap secara indera?

Saat itu, Apple menawarkan sekitar 3.000 podcast gratis di iTunes 4.9, dan orang masih bertanya-tanya tentang akan jadi apa format audio blog ini. Pernyataan Steve  Jobs terbukti benar ketika 15 tahun kemudian, berdasarkan Edison Research and Triton Digital, terdapat 62 juta penduduk Amerika yang mendengarkan podcast setiap minggunya, melesat jauh dari angka 19 juta pada tahun 2013.

Di Indonesia sendiri, podcast mulai berkembang pesat sejak tahun 2018 dengan momen kebangkitan pada saat platform Anchor meluncurkan layanan hosting tidak berbayar untuk mendistribusikan podcast ke berbagai platform lainnya seperti Spotify, Google Podcast, dll. Sebelum adanya Anchor, beberapa kreator podcast lebih memilih untuk menggunakan soundcloud yang gratis. Podcastpodcast yang duluan populer diantaranya adalah Podcast Awal Minggu oleh Adriano Qalbi, Suarane oleh Rene Hafied, dan Podcast Subjective oleh Iqbal Hariadi.

Pada survei yang dilakukan oleh dailysocial.id di tahun 2018, 65% responden mengatakan bahwa alasan mereka mendengarkan podcast adalah karena variasi konten yang beragam. Selain itu, dengan format audio, pendengar bisa sekaligus melakukan hal lainnya (multitasking). Berbeda dengan menonton video yang membuat kita harus terpaku pada visual. Dari ragam jenis podcast yang ada, 70% responden memilih Entertainment sebagai kategori podcast paling menarik.

Masih berdasarkan survei dari dailysocial.id, Spotify menjadi platform yang paling banyak digunakan untuk mendengarkan podcast dengan perolehan suara 52,02%. Hal tersebut dikarenakan mudahnya aksesibilitas dan beragamnya konten yang sudah terklasifikasi, serta dapat didengarkan kapan saja dan di mana saja.

Terdapat banyak podcast populer yang bisa anda dengarkan sekarang juga berdasarkan preferensi kategori favorit anda. Apabila anda menyukai horror, ada Do You See What I See, Podcast Bagi Horror, Podcast Malam Kliwon, dan lain-lain. Apabila anda menyukai politik, ada Asumsi Bersuara, Makna Talks, Politik Kemarin Sore, dan lain-lain. Judul-judul podcast seperti Podcast Raditya Dika, Podcast Deddy Corbuzier, Podcast Awal Minggu dapat menjadi pilihan bagi kalian yang menyukai interview talk. Apabila anda ingin mendengarkan podcast inspirasional, maka penulis sangat merekomendasikan TED Talks Daily dan juga Podcast Menjadi Manusia.

(Redaktur Tulisan: Intan Sari)

Leave a comment