Hits: 87

Erizki Maulida Lubis

Pijar, Medan.  Menarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga. Begitulah penggalan lirik dalam film Laskar Pelangi. Ya, tari akan identik dengan sesuatu yang bernarasikan ekspresif terhadap diri seseorang.

Tari adalah kegiatan yang menggerakkan anggota tubuh yang secara berirama senada dengan alunan musik yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu dan juga merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan diri.

Sebagai rasa apresiasi dan agar masyarakat dunia tidak melupakan kesenian tari, sejak tahun 1982 tepatnya tanggal 29 April diperingatilah Hari Tari Sedunia (World Dance Day). Hari Tari Sedunia pertama kali dicanangkan oleh lembaga tari internasional, yakni Counseil Internasional de la Dense (CID). Dan pada hari itu juga merupakan momen di mana masyarakat di seluruh dunia menampilkan keindahan seni tari dari budaya daerah masing-masing.

Dilansir dari nationalgeographic.grid.id, dalam rangka memperingati Hari Tari, seluruh penjuru dunia menghadirkan pagelaran tari. Tujuannya, untuk mengajak masyarakat dunia berpartisipasi menampilkan tarian khas yang ada di setiap negara.

Pada 2003, Profesor Alkis Raftis yang saat itu menjadi Presiden CID mengatakan bahwa pelestarian budaya masih sangat minim. Pada saat itu tidak ada lembaga yang mewadahi bidang-bidang seni secara memadai termasuk juga dengan seni tari. Dengan tidak adanya pendidikan seni tari, sehingga ketertarikan warga untuk menekuni bidang tari pun tergolong rendah.

Sejak saat itulah, bersama UNESCO, CID menjadi wadah bagi warga dunia untuk dapat menampilkan pertunjukan tari dari budaya mereka masing-masing. Dengan begitu, generasi-generasi selanjutnya dapat terus melestarikan budaya mereka melalui seni tari.

Dikutip dari m.rilis.id, sejak tahun 2007 Hari Tari makin gencar dilakukan. Di mana CID meminta seluruh anak sekolah untuk berpartisipasi dalam lomba menulis esai tentang tarian di negara mereka.

Tidak hanya itu, diadakan juga lomba melukis bertemakan tari hingga lomba menari di jalanan. Dan sejak saat itu Hari Tari semakin mendapat ruang dan apresiasi dari warga dunia.

Di Indonesia sendiri, Hari Tari pertama kali diadakan di Kota Solo, Jawa Tengah. Saat itu Solo mengadakan pagelaran Menari 24 Jam dengan sangat meriah. Di mana sajian tariannya menggambarkan keberagaman masyarakat Kota Solo. Solo Menari 24 Jam pun berhasil membius para penonton.

Saat ini, setiap tahunnya Hari Tari juga masih diperingati dengan meriah. Beberapa daerah di Indonesia juga tak ingin kalah untuk mengadakan acara pagelaran tari ini. Dari berbagai komunitas tari hingga perguruan tinggi yang memiliki jurusan seni tari memperingati Hari Tari tersebut dengan ragam perayaan seperti menampilkan tarian di lokasi-lokasi tertentu.

Persembahan Tari Beladas saat acara gelar budaya di salah satu desa Gunung Kidul Sumber Foto: Dokumentasi Narasumber
Persembahan Tari Beladas saat acara gelar budaya di salah satu desa Gunung Kidul
(Sumber Foto: Dokumentasi Narasumber)

Seperti Fakultas Seni Pertunjukkan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Yogyakarta), setiap tahun biasanya mengadakan acara 24 Jam Menari dan terdapat perlombaan Indonesia Menari. Acara tersebut di adakan setahun sekali untuk memeriahkan Hari Tari Sedunia. Pagelaran yang diadakan juga sampai menampilkan ribuan orang dari ratusan kelompok, di mana ada yang membawa nama sanggar, kampus, daerah, maupun pribadi. Tarian-tarian yang ditampilkan pun biasanya tergantung kelompok.

Jikalau Tarian Jawa biasanya menampilkan sendratari, di mana tarian tersebut seakan bercerita dengan gerakan yang dilakukan oleh penarinya. Tidak hanya itu peserta juga dibolehkan membawa tarian khas daerah masing-masing. Hal tersebut merupakan acara 24 jam menari.

Beda halnya dengan Indonesia Menari. Jenis tarian hingga gerakan dalam acara Indonesia Menari biasanya diberikan oleh pihak penyelenggara. Dan tarian tersebut biasanya bertema nusantara. Tujuan tema nusantara ini untuk mendorong peserta dalam berpartisipasi untuk tetap melestarikan pendidikan seni tari.

Dalam peringatan Hari Tari Sedunia, perayaan-perayaan seperti pagelaran dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa adanya nilai dan pentingnya seni dalam membentuk tarian.

“Peringatan Hari Tari Sedunia pantas untuk diadakan, agar masyarakat dapat melihat ragam seni tari Indonesia dan seni tari itu juga banyak manfaatnya. Selain dapat mengenal budaya dari tarian-tarian daerah, pastinya kita juga mendapatkan kesehatan dan poin tambahnya dapat membentuk tubuh lebih bagus dan lentur daripada orang yang tidak menari,” ujar Ardini Rulzanifa Hsb, mahasiswa S1 Pendidikan Seni Pertunjukan, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Yogyakarta.

“Sejak menduduki bangku Sekolah Dasar, aku sudah tertarik dengan dunia tari. Nah ketika SMA, aku dikasi kesempatan untuk ikut Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), sejak saat itu aku semakin tertarik dan mencari tau lebih dalam lagi tentang tarian sampai ke budaya-budayanya. Dengan menari aku dapat menyampaikan rasa suatu kebebasan lewat gerak”, tambah Ardini.

Menari tidak hanya sekedar menggerakkan anggota tubuh, tetapi juga termasuk cara untuk mengekpresikan diri. Dan semua jenis tarian juga mempunyai fungsi kesehatan, antara lain dapat mengatasi stress. Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam Journal of Applied Gerontology, peneliti mengungkapkan bahwa menari dengan diiringi musik dapat membantu mengatasi stress.

Selanjutnya, menari juga dapat meningkatkan fleksibilitas, di mana dapat mengurangi otot yang kaku karena anggota tubuh bergerak serta mengurangi resiko nyeri sendi. Tidak hanya itu, menari juga dapat menurunkan berat badan karena membakar kalori yang ada di tubuh, meningkatkan energi, dan meningkatkan daya ingat. Studi dari The New England Journal of Medicine menemukan bahwa menari dapat meningkatkan energi, daya ingat, dan mencegah demensia (penurunan daya ingat) saat seseorang bertambah tua.

“Semoga seni lebih didukung dan juga lebih banyak lagi dibuat wadah untuk remaja-remaja agar bisa berekspresi melalui seni, terutama dalam seni tari dan mengadakan kegiatan pementasan mengenai tari dan budaya-budayanya,” tutup Ardini.

(Redaktur Tulisan: Hidayat Sikumbang)

Leave a comment