Hits: 23
Aisha Tania Sinantan Sikoko
“Tapi kami sudah tidak lagi di kamar sendiri-sendiri. Di sebelah saya ada Dia. Di sebelah Ia ada istrinya. Mata saya, Ia, dan Dia merah. Tapi kami tahu, mata kami tidak merah akibat belum tidur. Kami sangat tahu, mata kami merah karena kami, saya, Ia, dan Dia belum juga bahagia. Masih belum juga mampu mendapat obat penawar luka selain membiarkan dan menghayati cinta kami?cinta saya untuk Ia dan Dia, cinta Ia untuk saya, cinta Dia untuk saya?yang seperti angin, tak terlihat namun terasa.”
Pijar, Medan. Cinta itu rumit, cinta itu jauh lebih dalam, cinta itu tidak dapat ditebak, cinta itu sulit, cinta itu bukan hanya bunga, Dilan dan Milea, sekadar pacaran, ataupun pernikahan. Masih banyak kisah cinta yang tidak kita ketahui di luar sana. Cinta yang terang, cinta yang gelap, kisah cinta banyak macamnya.
Cerita pendek tentang kisah pendek ini merupakan sebuah buku yang berisi kumpulan cerpen karya Djenar Maesa Ayu atau lebih akrab disapa Nai, seorang penulis yang juga seorang sutradara dan pemain film kelahiran Jakarta, 14 Januari 1973. Buku ini pertama kali dicetak pada Januari tahun 2006 dan sejak 2016 sudah menghasilkan cetakan keempat. Karyanya yang lain yang tidak kalah menarik adalah Mereka Bilang, Saya Monyet!, Jangan Main-main (dengan Kelaminku), dan Nayla. Beberapa karyanya pun ada yang diterjemahkan kedalam bahasa inggris.
Berbeda dengan penulis-penulis pada umumnya, Nai tidak jarang menyinggung perempuan, seksualitas, orientasi seksual, dan juga menggambarkan hal-hal yang berbau vulgar bahkan cukup provokatif dalam karya-karyanya. Tidak sedikit kritikan yang dilontarkan kepadanya, tapi hal tersebut tidak membuatnya berhenti berkarya. Meskipun begitu, bukan berarti isi dari ceritanya tidak berkualitas atau rendah. Sebaliknya, Nai memperlihatkan kita sisi lain dari kisah-kisah kehidupan terutama cinta yang ada di luar sana. Cerita yang disuguhkan pun terbilang dalam dan mampu membuat hati terenyuh.
Buku cerita pendek tentang cerita cinta pendek ini terdiri dari 13 cerita pendek. Beberapa diantaranya adalah Cerita Cinta Pendek, Nachos, Three More Days, Pasien, Ikan, dan Dislokasi Cinta. Masing-masing cerita tersebut memiliki kesan dan pesan tersendiri. Meskipun kita tidak pernah mengalami hal serupa dengan tokoh yang ada dalam cerita, kita tetap dapat merasakan perasaan yang dirasakan sang tokoh. Itulah hebatnya karya si Nai ini.
Bahasa yang digunakan dalam buku ini pun bisa dikatakan sederhana. Walaupun sederhana, Nai berhasil membuat kalimat-kalimat yang sangat indah dan puitis, membuat pembaca tidak bosan membaca dan berusaha mengerti pesan-pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh Djenar.
“Saya harus pulang. Walaupun saya bahagia. Malam ini. Detik ini. Sekarang. Supaya matanya tidak ikut basah ketika mata saya basah. Tau gak kamu? Mata saya basah karena harus pulang! Saya harus pulang. Walaupun saya bahagia. Malam ini. Detik ini. Sekarang. Supaya tidak lewat lagi satu malam.”
Sepanjang perjalanan karirnya, Nai juga pernah mendapat penghargaan untuk karya-karyanya yaitu: sepuluh buku terbaik Khatulistiwa Literacy Award 2003 untuk buku Mereka Bilang, Saya Monyet!; Cerpen Terbaik Kompas 2003 untuk cerpen “Waktu Nayla”; Cerpen Terbaik 2003 versi Jurnal Perempuan untuk cerpen “Menyusu Ayah”; dan lima besar buku Khatulistiwa Literacy Award 2004 untuk buku Jangan Main-main (dengan Kelaminmu).
Buku ini sangat menarik bagi sobat pijar yang sedang berusaha mengerti akan cinta ataupun yang ingin mencoba merasakan bagaimana cinta itu. Tapi perlu diingat sobat pijar, seperti yang tertulis pada bagian belakang buku ini, buku ini hanya untuk pembaca dewasa dan terlarang untuk pembaca yang merasa mengerti cinta ya!
Redaktur Tulisan : Annisa Rahmi