Hits: 15
Citra Relitna Ginting
Pijar.Medan. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyelenggarakan konferensi pers humas dan media dalam rangka Sosialisasi Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara. Konferensi pers ini diselenggarakan di kantor pusat BKKBN provinsi Sumatera Utara yang terletak di Jalan Gunung Krakatau No. 110.
Acara ini dimulai pada pukul 10.30 WIB dan langsung dibuka oleh Kepala Perwakilan BKKBN Sumatera Utara, Temazaro Zega. Awal pembukaan konferensi pers ini, moderator sedikit menginformasikan mengenai SDKI, ia memaparkan bahwa SDKI merupakan salah satu survei yang diakui oleh dunia internasional karena survei ini dilakukan secara rutin setiap lima tahun sekali. Dengan adanya survei ini dapat menjadi sebuah indikator yang mengukur hasil kinerja BKKBN untuk masyarakat.
Setelah penyampaian informasi mengenai apa itu SDKI oleh moderator, acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia oleh Perwakilan Kepala BKKBN Sumatera Utara, Temazaro Zega. Beliau menjelaskan bahwa SDKI di tahun 2017 ini dibiayai langsung oleh BKKBN dan diselenggarakan oleh pihak ketiga yaitu BPS dengan mengambil sampel di seluruh Indonesia, namun sampel untuk SDKI ini hanya representatif provinsi saja dikarenakan keterbatasan biaya.
Meskipun sampel yang dilakukan hanya representatif provinsi namun survei ini berstandar nasional, dengan begitu BPS sebelum turun ke lapangan telah mempersiapkan kegiatan survei ini dengan sangat matang sekali. Yang menjadi sampel dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia adalah rumah tangga, wanita, kemudian pria dan tambahan wawancara dengan remaja.
Hasil SDKI yang telah didapatkan, Temazaro Zega memaparkan variabel utama yang dilihat dalam SDKI ini adalah median umur pernikahan pertama wanita yaitu 20 sampai dengan 49 tahun. Median pernikahan pertama rata-rata di perkotaan 23,2 tahun dan median pernikahan pertama rata-rata di pedesaan 21,9 tahun, Jika ini dirata-ratakan maka hasilnya adalah 22,5 tahun, jadi median pernikahan pertama wanita pada pedesaan jauh lebih rendah dibandingkan median pernikahan pertama wanita di perkotaan.
Hal ini mungkin saja dipengaruhi oleh beberapa indikator lain seperti pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Dalam melakukan hubungan seksual di median pertama pernikahan, pada wanita menunjukkan angka rata-rata 22,7 sedangkan pria 24,7. Beranjak dari umur pernikahan pertama, dapat dilihat juga angka kelahiran total di Sumatera Utara mulai dari tahun 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012 hingga 2017. Di tahun 2007 ke tahun 2012 mengalami kenaikan angka kelahiran yaitu 28,3 namun di tahun 2012 ke tahun 2017 mengalami penurunan angka kelahiran menjadi 2,8 dan tentu hal inilah yang diinginkan oleh BKKBN untuk masyarakat Sumatera Utara. Beranjak dari angka kelahiran secara general di Sumatera Utara, kini dapatdilihat juga perbedaan angka kelahiran di pedesaan dan di perkotaan. Ternyata angka kelahiran di perkotaan lebih rendah dibandingkan di pedesaan, mencapai pada angka 2,6. Di pedesaan sendiri hingga saat ini angka kelahiran sangat tinggi melebih angka rata-rata provinsi Sumatera Utara yaitu 3,3. Dengan begitu BKKBN memfokuskan kepada masyarakat pedesaan untuk mengikuti program Keluarga Berencana (KB) dengan diadakannya kampung Keluarga Berencana sebagai icon utama program dari BKKBN.
Selain dengan program Keluarga Berencana, penggunaan alat kontrasepsi modern bagi masyarakat khususnya bagi pasangan usia subur juga penting, karena setelah disurvei penggunaan alat kontrasepsi modern masih rendah di Sumatera Utara. Adapun alasan mengapa penggunaan alat kontasepsi modern masih rendah di Sumatera Utara, yakni dikarenakan masyarakat masih khawatir akan efek samping dari alat kontrasepsi modern yang akan terjadi di kemudian hari.
Masyarakat Sumatera Utara umumnya telah memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai KB mencapai 100%, namun dalam pengaplikasian KB masih rendah berkisar 54%. Sebagai informasi tambahan terakhir, Temazaro Zega menjelaskan bahwa inisiatif kampung KB telah terealisasi di seteiap kecamatan agar dapat bekerja secara intens. “Kampung KB telah terealisasikan di setiap kecamatan, namun untuk di pedesaan BKKBN masih berharap akan terealisasikan juga, karena program kampung KB juga dapat berkerja dengan intens”.
Redaktur Tulisan: Hidayat Sikumbang