Hits: 129
Syilvia Agustina/Nadya Divariz
“Biarlah aku hidup dalam gelimang api dosa, sebab terkadang melalui dosa yang dihikmati, seorang manusia bisa belajar dewasa.” – Nidah Kirani
Pijar, Medan. Setiap orang mempunyai pilihan dalam hidupnya. Pilihan ini harus diterima apapun itu. Baik dan buruknya pilihan hanyalah cara manusia memandang, bukan nilai dalam esensi sebenarnya.
Bercerita tentang seorang perempuan yang merupakan mahasiswi di Kampus Matahari Terbit Yogyakarta. Tentang perjalanan hidup seorang penimba ilmu yang juga seorang mantan aktivis, seorang wanita yang dikecewakan oleh Tuhannya, dan seorang yang merasa hidup jauh dari jangkauan cahaya.
Buku Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur terbit pada 29 Januari 2009. Ditulis oleh Muhidin M. Dahlan alias Gus Muh, penulis yang dikenal berani dalam menyuarakan hal-hal sensitif seperti agama. Karena tema yang bisa dibilang cukup kritis, karya ini menarik banyak kalangan terutama kaum pelajar untuk mengulik lebih dalam lagi. Salah satunya Sisilia Yuliaty Hariputri, seorang mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah yang memutuskan untuk menjadikan kisah Kiran sebagai bahan skripsinya.
Namanya Nidah Kirani, tokoh utama sekaligus penonton dalam kisahnya sendiri. Di kampus, Kiran aktif dalam forum kajian yang membahas tentang masalah-masalah keislaman. Dari forum inilah Kiran mengenal Mas Dahiri, pria yang mengubah hidupnya. Lewat sang pemuda, Kiran bertemu dengan sekelompok pengiman negara Islam di Indonesia.
Di habitat barunya, semua dihalalkan untuk mendapatkan dana. Mencuri, menipu, bahkan melacur. Kiran yang di masa kecilnya termasuk anak yang susah disuruh sholat pun berubah menjadi jamaah yang paling militan, sampai-sampai dia berhasil menanamkan paham ini ke kampung halamannya yang miskin dan gersang.
Namun militansi yang berlebih kemudian mengantarnya mengecap pahit yang tak terduga. Perasaan dan logika berselisih jalan. Rasa frustasi dan kecewa menuntun Kiran pada imajinasi terliarnya. Merubah dia yang dulu menjadi tak lagi dikenali, bahkan oleh refleksinya sendiri. Mengkomersilkan kemolekan ciptaan Tuhan melalui dosen sekaligus germonya hanyalah sekian dari awal perjalanan wanita ini. Di dunianya yang baru, dosa adalah salah satu jalan menuju kedewasaan.
Mengambil latar tempat di kota pelajar Yogyakarta, novel ini terbit dengan berteman pro dan kontra. Beberapa merasa penulis berusaha menyudutkan salah satu kepercayaan, sedang yang lain menuduh karya ini sebagai bagian dari gerakan zionis.
Terlepas dari bermacam kontroversi yang mengikutinya, novel berbahan baku kisah nyata ini layak dibaca. Terkhusus lagi bagi para mahasiswa yang masih berada dalam pencarian jati dirinya. Tapi bagi mereka yang masih bingung harus mengiman pada apa sebaiknya undur diri sejenak. Masih banyak buku lain di luar sana yang bisa kalian baca dan tidak kalah baik dari yang satu ini.
“Kisah hidup Nidah Kirani bisa membuka wawasan kita lebar-lebar tentang dinamika pemikiran mahasiswa. Sekaligus mengajarkan kepada kita untuk tidak berlebihan dan tentunya harus ikhlas dalam beragama supaya tidak ditimpa kekecewaan sebagaimana dialami oleh tokoh dalam cerita ini,” ujar Adam Ananta, salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi USU yang ikut terjun ke dalam peliknya kehidupan Kiran dalam Tuhan, Izinkan Aku Jadi Pelacur.
Redaktur Tulisan: Maya Andani