Hits: 5

Hidayat Sikumbang

Pijar, Medan. Emosi antara Sriwijaya dengan PSMS masih terus berapi-api. Ingatan yang jelas terangkum dalam memori Anak Medan adalah tatkala PSMS menghadapi Sriwijaya dalam laga gengsi sarat emosi pada 2007 lalu. PSMS dan Sriwijaya dihuni oleh dua kiper terbaik Indonesia, Markus Horison dan Ferry Rotinsulu.

Laga berjalan alot sejak kedudukan berimbang 1–1. Akan tetapi, nasib lebih berpihak ke tim yang berasal dari Palembang ini. PSMS yang tertinggal 1-2 sempat berusaha menggencarkan serangan secara habis-habisan hingga memasuki perpanjangan waktu. Zah Rahan, salah satu pemain kunci dari Sriwijaya FC mengunci kemenangan dengan gol ketiga setelah memanfaatkan kesempatan emas setelah kiper PSMS, Markus Horison meninggalkan gawangnya. Selebrasi dari Zah Rahan pun menarik, menyilangkan kedua tangannya sebagai isyarat bahwa pertandingan sudah selesai, hingga plu Sriwijaya FC pun keluar sebagai juara.

Hingga beberapa tahun berselang, PSMS dan Sriwijaya FC sudah jarang bertemu. Nasib PSMS pun sudah semakin miris, mendekam di kasta kedua persepakbolaan Indonesia. Sulit rasanya untuk Ayam Kinantan bangkit. Terseok-seok. Meskipun sempat menjuarai Piala Kemerdekaan di 2015 silam, hingga 2017 PSMS bahkan belum juga beranjak ke kasta tertinggi negeri ini. Derbi Sumatera telah lama hilang. Meskipun Semen Padang sempat menghibur beberapa waktu lalu, laga antara Semen Padang dan Sriwijaya lebih tepat dialamatkan sebagai Derbi Andalas.

Lalu di 2018, nasib baik mulai berpihak ke anak-anak Ayam Kinantan. PSMS berhasil merangsek ke Liga 1. Meskipun harus berpuas diri sebagai juara kedua, kabar baiknya adalah kedua musuh bebuyutan asal Sumatera ini kembali dipertemukan.

Pertemuan pertama yang berlangsung di Teladan, berhasil dimenangkan PSMS sebagai tuan rumah. Dalam laga yang berlangsung Jum’at (18/05), Gol Dilshod Sharofetdinov di menit 84 membuat kesebelasan Sriwijaya FC harus pulang dengan tangan hampa. Padahal, kondisi PSMS pada saat itu masih terombang-ambing. PSMS harus puas mengumpulkan 12 poin dari sembilan laga yang sudah mereka mainkan dan merangsek ke peringkat 10 klasemen sementara.

Tepat 5 bulan setelah laga tersebut, kedua tim ini kembali dipertemukan dalam lanjutan pekan 26 Liga 1 Indonesia. Derby Sumatera memang selalu menyuguhkan penampilan yang menarik. PSMS yang sejak di awal babak pertama tampil menyerang. Sayang beberapa kali kesempatan PSMS terbuang percuma. Sriwijaya bukan berarti tanpa perlawanan. Yogi Rahadian sempat mengancam lewat sepakannya yang mengarah tepat ke gawang Abdul Rohim. Namun, sayang peluang manis tersebut malah terkena mistar gawang. Terlalu asyik menyerang, Sriwijaya justru kebobolan. Sundulan Tanidis, pemain tengah PSMS Medan tak mampu dihalau Teja Paku Alam. Skor 0-1 bertahan hingga babak pertama.

Babak kedua PSMS tampil semakin ganas. Felipe, mencatatkan namanya di papan skor setelah mampu memanfaatkan bola liar di gawang Sriwijaya FC pada menit 77. Di ujung laga, salah satu pendukung dari Sriwijaya FC masuk ke dalam lapangan. Insiden ini pun membuat wasit menghentikan laga. Tepat di menit 97, pelanggaran keras yang dilakukan oleh sang kapten Roni Fatahillah membuatnya diusir keluar lapangan setelah diganjar kartu kuning untuk kedua kalinya. Skuad Ayam Kinantan yang bermain dengan 10 pemain pun akhirnya memastikan kemenangan di menit-menit akhir setelah Shohei Matsunaga memanfaatkan serangan balik. Skor ditutup 0-3 untuk Ayam Kinantan.

Kemenangan PSMS ini jelas menyiratkan bahwa Sumatera untuk tahun ini memang dikuasai oleh Anak Medan. Dua kemenangan atas Sriwijaya di Liga 1 sebagai bukti bahwa PSMS memang belum habis dan tentu saja sangat berarti. PSMS saat ini berusaha untuk keluar dari zona degradasi Liga 1. Mampukah Anak Medan tetap bertahan di Liga 1 agar tetap tersaji? Kita tunggu saja.

(Redaktur Tulisan: Intan Sari)

Leave a comment