Hits: 170

Nadya Divariz Bhayitta Syam

“Seluruh dunia telah tahu apa yang kamu lakukan, beberapa orang mungkin melihat bagaimana kamu mewujudkannya, tapi hanya kamu yang tahu mengapa kamu melakukannya.”–Handika, co-founder Medan Youth Forum-

PIJAR, Medan. Hidup generasi milenial sekarang bukan untuk menjawab pertanyaan mengenai berapa IPKmu saat ini, seterkenal apa universitas tempat kamu menimba ilmu atau akan jadi apa kamu nantinya. Tapi mengenai apa yang kamu bisa dan apa yang akan kamu buat.

Hal tersebut adalah salah satu ‘petuah’ yang disampaikan kepada seluruh anggota MARTABE Mentorship Program yang dilaksanakan pada Rabu, (1/8) di Digital Lounge, Jl. Mongonsidi No. 6 Medan.

Nama program ini sendiri berasal dari slogan pemerintah Provinsi Sumatera Utara, MARTABE (Marsipature Hutanabe), yang berarti memperbaiki kota kita. Slogan tersebut dipilih tentu bukan tanpa alasan. Kalimat tersebut dipilih karena menambah rasa cinta pada budaya lokal serta menunjukkan identitas komunitas dengan bahasa yang khas Medan.

Seperti dituturkan oleh Handika, salah satu founder Medan Youth Forum,”Meskipun yang digunakan itu bahasa Batak tapi tetap saja orang akan menyebutnya Medan. Ada khas Medannya, seperti bentuk identitas. Itulah uniknya Medan. Dia punya daya tarik tersendiri yang bisa mempengaruhi orang yang tidak lahir di Medan tapi tetap merasa bahwa dirinya orang Medan,”

Handika, salah satu pemateri dari MYF menyampaikan informasi mengenai program yang akan diterima oleh peserta bimbingan, Rabu (1/8). (Fotografer: Hidayat Sikumbang)
Handika, salah satu pemateri dari MYF menyampaikan informasi mengenai program yang akan diterima oleh peserta bimbingan, Rabu (1/8). (Fotografer: Hidayat Sikumbang)

Mengambil sistem layaknya diskusi kelompok belajar, penyelenggara acara ini yaitu Medan Youth Forum berhasil menciptakan suasana bersahabat di ruangan yang diisi oleh orang-orang asing. Perlu diketahui bahwa peserta MARTABE Mentorship Program ini adalah 14 orang terpilih yang sebelumnya telah berhasil menyisihkan 41 orang yang mengaplikasikan diri setelah melalui proses wawancara dan menulis esai.

Ada satu topik yang cukup menarik dalam pertemuan kali ini. Mengapa harus ke luar negeri? Pergi ke luar negeri membutuhkan begitu banyak persiapan, namun yang paling penting adalah kompetensi. Faktor utama yang berhasil membuat belajar ke luar negeri jauh lebih ekslusif dibandingkan dalam negeri. Inilah hal yang berusaha ditekankan dan ditanamkan pada seluruh peserta MARTABE.

Seperti halnya program pelatihan lain, mentoring program yang berdurasi selama satu tahun ini juga terdiri dari berbagai kegiatan seperti; workshop mentorship dengan minimal pertemuan satu bulan sekali, face to face berupa obrolan tatap muka dengan pementor, serta monthly report.

Program ini mendapat sambutan yang baik dari pesertanya. Seperti yang disampaikan oleh Aisyah, Rafila, Nurlina, Agustina Mandasari, dan Dwi Wulandari yang merupakan peserta MARTABE. Mereka merasa bahwa program ini sesuai, bahkan jauh lebih baik dari ekspektasi mereka.

“Ini sesuai sama harapan kita, dan mereka itu bersedia buang-buang waktu mereka. Lagi pula ini gratis buat kita dan buat bagi ilmu ke kita supaya berhasil dan mencapai mimpi kita.”

Menyadarkan orang yang tidak sadar itu mudah. Menyadarkan orang yang sadar itu yang susah.

(Redaktur Tulisan: Intan Sari)

Leave a comment