Hits: 7
Nadya Divariz Bhayitta Syam
“Jangan tunggu mampu lalu melakukan, tapi lakukanlah maka kamu akan mampu” – Siti Mei Syarah Amir, Co-founder Medan Youth Forum
PIJAR,Medan. Sabtu, (05/05) Medan Youth Forum (MYF) menyelenggarakan Kopi (Kongkow Inspiratif) Medan 6 dengan tema ‘Bekal Berharga dari Negara Australia dan India (Kongkow bareng alumni program Pertukaran Pemuda Antar Negara)’ di Studio Cafe yang bertempat di Jalan Halat No. 15 A.
Acara ini dimulai dengan pengenalan apa itu MYF oleh salah satu co-founder, dilanjutkan dengan acara utama yaitu berbagi pengalaman dengan kedua pembicara yang hadir, Imam Alfaruq Nasution selaku alumni ASEAN-INDIA Youth Exchange Program dan peserta pertukaran pelajar ke Republik Filipina serta Siti Mei Syarah Amir selaku alumni Australia-Indonesia Youth Exchange Program sekaligus co-founder Medan Youth Forum.
Sebagai salah satu dari 24 mahasiswa yang terpilih untuk merepresentasikan dunia dalam program AISEP (ASEAN-INDIAN Students Exchange Program), Imam Alfaruq Nasution menceritakan apa yang dibawanya dari India. Banyak orang hanya melihat India sebagai kota indah asalah Bollywood dengan gaya hidup mewah dan memukau, begitu pula yang ada dipikiran Imam saat pertama kali menginjakkan kakinya di India. Namun, ternyata tidak seindah itu.

(Fotografer : Hidayat Sikumbang)
Pengalamannya di India mungkin bukanlah salah satu pengalaman terbaik tapi India berhasil mengajarkannya untuk lebih mencintai negerinya sendiri dan bersyukur pada apapun yang telah dia capai selama ini.
Berbeda dengan Siti Mei Syarah Amir atau yang lebih akrab dipanggil Simei, pergi ke Australia adalah sebuah impian yang tidak terduga. Simei memulai semuanya hanya bermodalkan rasa ingin tau tanpa modal bahasa Inggris yang memadai atau hal lainnya yang kerap menjadi tolak ukur untuk engikuti program PPAN.
Mahasiswi jurusan Bimbingan Konseling Unimed itu merasa bahwa program ini adalah ajang belajar budaya baru. Sempat tinggal dengan berbagai orangtua asuh mulai dari ibu tunggal, keluarga dengan agama berbeda hingga pasangan lesbian membuatnya belajar bahwa toleransi adalah salah satu syarat bertahan hidup di tanah orang.
Seperti apa yang dituturkan moderator acara tersebut, “Pergi ke luar negeri bukan karena tidak cinta pada negeri sendiri namun tentang kembali untuk jatuh cinta pada tanah air lebih dalam lagi”.
(Redaktur Tulisan: Nadia Lumongga Nasution)