Hits: 21

Nadia Lumongga Nasution

Berprestasi itu penting, namun bermanfaat itu ada di level yang berbeda. Ingat, orang-orang berteduh di bawah pohon rendah, lebat dan rindang, bukan pohon yang tinggi,” – Robert Simbolon

PIJAR, Medan. Prestasi sudah pasti menjadi kebanggaan bagi setiap orang, terlebih jika prestasi itu mendatangkan manfaat bagi orang banyak. Robert Simbolon namanya. Pria kelahiran 4 Februari 1993 ini merupakan alumni Arsitektur Universitas Sumatera Utara (USU) angkatan 2011.

Semua prestasi dan keproduktifannya dimulai ketika ia duduk di semester dua, pria yang disapa Robert ini merasa seperti terkekang dengan tugas-tugas dari dosen dalam hal mendesain.

“Awalnya saya ikut lomba-lomba arsitektur itu semester 2. Perlombaan arsitektur ini istilahnya pelampiasan saya ketika di kuliah. Kalau di kampus dikasih tugas sama dosen itu harus begini harus begitu padahal kan kalau mendesain itu harus dari uneg-uneg kita sendiri tapi kok malah diintervensi sama dosen. Jadi saya kok malas ya, jadi saya cari alternatif lain dimana saya bisa mendesain sesuai sama yang ada di otak saya makanya saya ikut perlombaan-perlombaan arsitektur,” jelas Robert ketika ditanyai.

Tidak langsung menang, Robert juga harus melewati masa-masa kalah, hanya masuk 20 besar, 5 besar hingga ia meraih peringkat pertama dan mengharumkan nama USU. Meraih juara pertama pada ajang Nippon Paint Young Designer Award (NPYDA) 2014 berhasil memberangkatkannya ke Osaka, Jepang pada tahun 2015 untuk bertanding kembali dan pastinya mengharumkan nama USU dan Indonesia. Walaupun hanya meraih Top 4- Honourable Mention di ajang internasional NPYDA tapi Robert sudah membuktikan bahwa USU pantas bertanding dikancah tersebut.

Satu sehari selepas balik dari Osaka tiba-tiba Robert diminta oleh dosennya untuk menjadi perwakilan Fakultas Teknik dalam ajang Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) USU. Ia sendiri bahkan tidak mengetahui apa itu Mawapres, hanya dengan bermodalkan karya tulis yang sudah pernah ia lombakan sebelumnya ia maju menjadi satu-satunya perwakilan dari Teknik dan siapa sangka Robert keluar menjadi Juara I Mahasiswa Berprestasi USU pada tahun 2015.

Setiap Juara I Mawapres kampus memang harus bertanding lagi di tingkat nasional tapi Robert memilih untuk tidak. Menurutnya ia akan membohongi dirinya sendiri jika harus membuat video kegiatannya di kampus dimana harus menunjukkan kandidat dengan kacamata tebal yang membawa buku banyak dan membahasnya dengan teman-teman seakan menunjukkan sosok mahasiswa teladan yang sebenarnya bukan diri Robert.

Namun ia tidak menginginkan calon-calon Mawapres selanjutnya mengikuti jejaknya. Pada jejaring Instagram miliknya, ia menuliskan, “Untuk kandidat Mawapres selanjutnya, saya berharap kandidatnya bukan seperti saya. Kandidatnya harus cerdas, berwawasan luas, pintar, punya jiwa kepemimpinan dan lainnya. Kegiatan ini amat penting untuk kalian. Semangat Mawapres 2017.”

Prestasi-prestasi yang mengelilinginya membuat Robert termenung di 2016. Ia berpikir prestasi-prestasinya selama ini untuk apa sih, untuk dirinya aja atau untuk orang lain. Mulai dari situ ia mulai berbagi dengan mengajak teman-temannya di Ikatan Mahasiswa Aristek (IMA) USU untuk berdiskusi seperti membicarakan permasalahan-permasalahan di Kota Medan dan memberi solusi dengan gambar sketsa-sketsa bareng.

Selain itu, Robert juga mengajak teman-temannya untuk belajar Photoshop, desain dan Sketch up serta apapun yang bisa ia ajarkan. Hingga akhirnya IMA USU menjadikan wadah kreativitas dan wadah komputerisasi. Dari situ dia merasa prestasinya itu bernilai dan membuatnya semakin produktif.

Tak hanya itu, Robert juga bergabung pada komunitas sosial, Youth Awareness Community (YAC). Ia mengaku semenjak ketermenungannya itu, merubah cara pandanganya. “Sekarang apa-apa patokannya, berguna gak untuk orang lain. Kalau ngikuti perlombaan ada gak manfaatnya untuk orang lain. Sekarang yang dipikirkan berbagi, berbagi dan berbagi.”

Ketika ditanyai tentang resolusinya di tahun 2018, pria berdarah batak ini menuturkankan, karena saya tidak berpedoman pada prestasi maka resolusi saya pada tahun ini menjadi lebih produktif dan karena prinsip saya itu ‘Jika kita prouktif makan prestasi akan mengikuti’.

“Jika berbicara mengenai pekerjaan sebenarnya apa yang kamu raih dikampusmu bukan melulu tentang IP. Walaupun saya cum laude, tapi yang dilihat orang value kita sendiri. Jadi yang paling penting, kegiatan dikampusmu apa aja dan yang sudah kamu raih itu aja,” ujar Robert yang kini bekerja Asisten Arsitek di salah satu perusahaan ternama diakhir wawancara.

(Redaktur Tulisan: Viona Matullessya)

Leave a comment