Hits: 248
Nadia Lumongga Nasution
“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu” – Andrea Hirata
Pijar, Medan. Sukses dengan Novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata kembali memukau dengan menerbitkan Novel Sang Pemimpi yang merupakan novel kedua dalam tetralogi Laskar Pelangi pada tahun 2006. Novel ini menceritakan kehidupan Ikal di masa remaja. Berbeda dari novel sebelumnya, pemeran utama di novel ini adalah dua tokoh baru yang merupakan sahabat Ikal yaitu Arai dan Jimbron.
Kisah bermula ketika tiga orang pemimpi, Ikal, Arai dan Jimbron memutuskan untuk melanjutkan sekolah tingkat SMA di satu-satunya sekolah negeri yang ada di Belitong. Jauhnya jarak sekolah dengan rumah membuat mereka harus menetap di sebuah kamar di pinggiran Dermaga Magai. Keadaan ekonomi keluarga yang rendah memaksa mereka harus bekerja paruh waktu demi memenuhi kebutuhan.
Setiap harinya dari jam dua hingga tujuh pagi, mereka bekerja sebagai kuli ikan di sekitar dermaga agar tidak mengganggu jam sekolah. Waktu pulang sekolah tidak mereka habiskan dengan main dan berkumpul dengan teman-teman melainkan harus lanjut bekerja mulai menjadi kernet angkutan umum, kuli panggul hingga tukang cuci piring di warung serta berbagai pekerjaan serabutan lainnya yang dapat menambah uang saku mereka.
Walau harus bekerja tak kenal pagi maupun malam, prestasi Ikal dan Arai di sekolah tidak tergoyahkan. Terbukti mereka selalu berhasil meraih posisi lima besar di sekolah. Berbeda dengan kedua sahabatnya, Jimbron hanya bisa menempati peringkat 78 dari 160 siswa. Namun, mereka selalu memegang teguh mimpi karena bagi Arai orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi. Mimpi itu dimulai dengan hadirnya Guru Sastra bernama Pak Balia.
Pak Balia merupakan guru yang memiliki peran penting bagi ketiga pemimpi ini khususnya Arai. Pak Balia selalu memberikan kata-kata motivasi agar murid-muridnya memiliki impian yang tinggi dan belajar dari alam bagaimana cara memaknai kehidupan. Mimpinya ingin mengelilingi indahnya Eropa, eksotisnya negara-negara Afrika, dan ingin ke almamater Universitas Sorebonne Prancis. Segala yang diucapkan Pak Balia seakan-akan menyihir pikiran murid-muridnya terutama Arai. Sejak saat itu Arai menjadi seorang pemimpi yang memiliki cita-cita berkuliah di Universitas Sorebonne Prancis dan meyakinkan kedua sahabatnya akan mimpinya itu.
Dengan mimpi besar yang mereka miliki, Ikal, Arai dan Jimbron semakin giat bekerja demi menabung untuk meraih beasiswa ke Prancis. Di saat giat-giatnya meraih mimpi, secara bersamaan Ikal dan Arai mendengar kabar bahwa PT PN kolaps yang berarti ayah Ikal kehilangan pekerjaan. Pak Saman Said Harun, ayah mereka berpesan apapun yang terjadi mereka tidak boleh putus sekolah.
Sewaktu Arai tetap optomis dengan kehidupannya ke depan, Ikal mulai bimbang antara menerima kenyataan atau tetap meraih mimpi. Ikal menjadi pemurung, ia bolos di sekolah dan di pekerjaannya juga. Suatu hari di pelabuhan ia bertemu dengan Bang Rokib, Pelaut melayu yang telah berlayar kepenjru dunia. Mendengar cerita Bang Rokib, Ikal malah ingin merubah mimpinya dan meraih dengan jalannya sendiri. Hingga Pak Mustar mendapatinya di pelabuhan dan memberinya nasihat. Ikal hanya bisa tunduk dan diam mendengar nasihan Pak Mustar.
Hari pembagian rapor pun tiba. Pak Mustar memiliki caranya sendiri dalam pembagian rapor, orangtua siswa didudukkan berdasarkan peringkat anaknya di sekolah dengan maksud si anak dapat bertanggung jawab dengan prestasi yang di raihnya.
Pak Saman Said Harun, ayah dari Ikal dan Arai datang dengan baju safari empat kantong kebanggaannya. Jika biasanya ia duduk di barisan depan, kali ini Pak Harun harus duduk di bagian belakang. Selesai mengambil rapot anak-anaknya, seperti biasa Pak Harun mendatangi Ikal dan Arai mengucapkan Assalamualaikum sambil menepuk bahu dua anak kebanggannya itu. Tak ada kata lain yang diucapkan setalahnya hanya senyum khas ayah untuk anaknya.
Hal ini membuat Ikal sadar dan menyesal. Ia mengejar ayahnya yang kembali dengan menggunakan sepeda. Ikal berhasil mengejar ayahnya, ia langsung memeluk sambil menangis tersedu-sedu seraya mengucap kata maaf kepada ayahnya. Dan sejak saat itu Ikal berjanji untuk belajar lebih giat lagi dan terbukti Ikal dan Arai lulus dengan nilai yang memuaskan,
Setelah lulus SMA, Ikal dan Arai memutuskan melanjutkan studi ke Jakarta. Namun sayang Jimbron lebih memilih untuk menetap di Belitong. Untuk kedua sahabatnya yang akan pergi merantau jauh, Jimbron telah menyiapkan dua celengan berbentuk kuda yang diisinya sama banyak dari hasil kerja paruh waktunya. Ikal dan Arai pun berangkat bersama kapal Bang Rokib. Kedua orang tua Ikal, Jimbron, Pak Mustar dan Pak Balia pun ada untuk melepas kedua pemimpi.
Niat ingin menuju Depok lalu ke Jakarta sinar ketika mengetahui bahwa mereka terdampar di Bogor. Perjuangan Ikal dan Arai pun belum terhenti, sambil menunggu ujian masuk kuliah keduanya bekerja paruh waktu mulai dari tukang foto kopi hingga sales sendok. Hari pengumuman pun tiba, Ikal lulus di Ekonomi UI sedangkan Arai di Biologi UI. Setelah wisuda mereka merasa tinggal satu titik lagi menuju Paris tapi disayangkan kehidupan mereka setelah lulus malah lebih rumit karena keduanya kesulitan mendapatkan pekerjaan tetap.
Suatu hari, Ikal mendapatkan pekerjaan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, yaitu tukang pos. Konon Ikal memiliki kisah pilu yang membuatnya tidak percaya lagi dengan tukang pos. Sedangkan Arai masih saja kesulitan menemukan pekerjaan, namun bukan Arai sang pemimpi namanya jika mudah menyerah. Di suatu kesempatan Arai datang ke tempat kerja Ikal dengan menujukkan Koran yang berisi beasiswa S-2 di Paris. Siapa sangka di kesempatan itu pula hari terakhir Ikal bertemu Arai.
Arai menghilang entah kemana dengan membawa celengan kuda pemberian Jimbron. Sempat ada rasa amarah di hati Ikal namun ia mencoba berdamai dengan keadaan. Ikal tetap ingin melanjutkan mimpinya untuk pergi ke Paris, dengan modal celengan kuda pemberian Jimbron untuknya ia membeli sebuah komputer guna membuat proposal beasiswanya.
Kisah ketiganya memberi makna kepada para pembaca bahwa tidak ada jalan yang mudah dalam meraih mimpi. Namun, usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Novel ini juga telah di filmkan pada tahun 2009 yang dibintang oleh Zulfanny dan Rendy Ahmad. Jika ingin mengetahui kelanjutan kisah ini sobat Pijar bisa langsung membaca buku ini. Selain itu, sobat Pijar bisa membaca buku ketiga dan keempat tetralogi Laskar Pelangi yaitu Edensor dan Maryamah Karpov untuk mengetahui kelanjutan kisah dari buku ini.
( Redaktur Tulisan: Viona Matullessya )