Hits: 607

Putri Arum Marzura

Pijar, Medan. Le Petit Prince (Pangeran Cilik) merupakan buku klasik anak-anak ditulis oleh Antoine Marie Roger de Saint Exupery. Buku yang ditulis dengan bahasa Perancis ini, mendapat predikat sebagai buku dengan jumlah terjemahan paling banyak yakni 230 bahasa asing.

Ditulis dalam pengasingan pada masa perang oleh pria dewasa yang senang in action, yang dipaksa nonaktif dan dibayangi situasi krisis di negara asalnya membuat mereka akrab dengan kehidupan dan kematian. Saint-Exupery berpendapat bahwa Le Petit Prince adalah sepotong autobiopgrafi yaitu upaya untuk meredam kesulitan pernikahannya atau untuk menangkis masa kini agar bisa terus mengenang dunia kanak-kanak. Bahkan merupakan ucapan selamat tinggal atas kepergiannya yang misterius.

Buku ini sangat luar biasa, tampaknya seolah cerita anak-anak tetapi kebanyakan dinikmati oleh orang dewasa. Lewat cerita seorang anak yang mengamati dunia dengan mata naif dan juga lugu, Saint Exupery menyentuh beberapa nilai dan pengalaman manusia yang paling dasar, seperti kekuasaan, tanggung jawab dan cinta.

Buku ini bercerita tentang seorang penerbang yang pesawatnya jatuh di tengah Gurun Sahara. Dalam keadaan yang minim dengan air minum, ia harus berjuang memperbaiki pesawatnya untuk kembali ke peradabannya. Tiba-tiba datanglah seorang Pangeran Kecil ditengah-tengan teriknya panas dan kesulitannya untuk memperbaiki pesawatnya tersebut. Anehnya, Si Pangeran Cilik  meminta untuk digambarkan biri-biri.

Bayangkan di dalam keadaan seperti itu, seseorang dimintai sesuatu hal yang absurd. Seperti biasa terjadi ketika kita dimintai sesuatu hal yang aneh orang seorang anak kecil atau orang yang tidak kita kenal, kita bisa menertawakannya dan menganggapnya sepele. Tetapi si Pangeran Cilik ini pun tetap memaksa untuk minta digambarkan biri-biri.

Seketika dengan paksaan dari Pangeran Cilik ini, ia teringat dengan masa kecilnya. Masa dimana tidak ada seorang pun yang mengerti maunya. Pangeran kecil telah mengingatkannya kembali tentang fakta bahwa orang dewasa itu sering menyepelekan hal yang absurd dan tidak menikmati hidup sebagaimana wajarnya seperti anak kecil yang hidup tenang dan tidak memikirkan apa-apa.

Dalam buku ini juga terdapat pesan tersirat yang ia tujukan kepada seseorang ketika ia masih kecil, yaitu Leon Werth. Isinya adalah sebagai berikut:

Kepada anak-anak aku mohon maaf, karena mempersembahkan buku ini kepada seorang dewasa. Aku mempunyai alasan yang kuat: orang dewasa itu adalah temanku yang terbaik  di dunia. Aku mempunyai alasan lain: orang dewasa itu dapat memahami segalanya,termasuk buku untuk anak-anak. Aku mempunyai alasan ketiga: orang dewasa itu tinggal di  Prancis, ia lapar dan kedinginan. Ia betul-betul perlu dihibur. Jika semua alasan itu tidak cukup, aku bersedia mempersembahkan buku ini kepada anak yang kemudian menjadi orang dewasa itu. Semua orang dewasa pernah menjadi anak-anak. (Sekalipun hanya sedikit yang ingat). Jadi persembahanku ini kuperbaiki:

Kepada Leon Werth

Ketika ia masih kecil

Dari kutipan pesan tersirat diatas saja kita sudah dapat menerka bahwa buku ini juga ditujukan untuk seseorang dan punya pesan tersendiri di dalamnya. Cerita yang dibuat untuk anak-anak ini pun menyentuh hati para orang dewasa yang membacanya.

Ketika kita membaca buku ini, kita benar-benar seperti merasakan seorang anak menyampaikan pesan ini kepada kita secara langsung. Seperti menyampaikan pesan tersirat yang mengandung arti sangat dalam, membuat kita tersadar bahwa terkadang kita juga jadi terlalu berlebihan dalam menjadi dewasa dan akhirnya lupa merasakan bagaimana indahnya memandang dunia dari sudut pandang anak-anak. Hidup menjadi dewasa yang monoton dengan zaman yang sudah maju menjadi modern ini membuat kita para remaja lupa dengan masa kecil kita.

(Redaktur: Viona Matullessya)

Leave a comment