Hits: 8

Dinda Nazlia

Pijar, Denpasar. Perairan merupakan salah satu sumber pariwisata utama di Bali. Tempat yang dikenal dengan julukan Pulau Dewata ini menyimpan sejumlah keindahan alam yang terkenal di kalangan wisatawan. Sebut saja Pantai Kuta, Legian, Tanah Lot, Tanjung Benoa, dan lain-lain. Berbagai kawasan ini kerap dikunjungi para pelancong baik dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan kawasan ini terbilang cukup padat untuk sekedar melepas penat. Sejumlah aktivitas yang dimulai dari hari gelap hingga manusia terlelap, seakan kota ini terus meniti hari tanpa berhenti.

Namun, di balik gemerlapnya kota ini menyisakan satu persoalan klasik, yaitu kurangnya kesadaran warga dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Nun jauh dari kata “wisata”, sebuah tempat yang berlokasi di Denpasar Selatan bernama Taman Pancing berpotensi menjadi kawasan rekreasi terbaru. Saat ditelusuri pada bantaran sungai, seekor kuda terlihat asik menyantap makanannya di tengah hamparan rumput hijau yang mengapit aliran sungai. Seolah ia tidak menyadari permasalahan klasik yang belum usai, yaitu sampah.

Melihat ke atas bantaran, tim liputan melihat delman terparkir rapi yang berfungsi membawa si empunya dan kuda mengangkut wisatawan, yang nantinya akan banyak ditemukan di daerah Legian dan di sekitarnya. Perekonomian rakyat yang tidak merata dan hiburan mahal di daerah perkotaan memaksa para warga dan wisatawan untuk mencari tempat rekreasi alternatif untuk menopang nafas ruang publik.

image

image

Penampakan Sekitar Lokasi Rekreasi Taman Pancing, Denpasar Selatan. (Fotografer: Dinda Nazlia)

Warga setempat, Joyoyati mengaku bantaran pancing cukup kotor, “Tempat pembuangan di bendungan/penyaringan cukup jauh,” katanya. Saat dikonfirmasi mengenai lokasi TPA, ia mengatakan cukup dekat, berada di depan bantaran pancing dekat Masjid. “Saya membayar bulanan untuk petugas, dan rutinitas sampah dikumpul di depan rumah.” kata Joyoyati.

Ia menambahkan, petugas cukup rajin dan kegiatan ini dibentuk atas inisiatif warga. Saat ditanya intensitas kebersihan, ibu yang sudah tinggal di lokasi sekitar enam tahun ini mengatakan, “Kalau surut banyak sampah. Saya sebenarnya kurang tahu kotornya dimana, yang jelas Pemerintah sudah melarang buang sampah sembarangan karena ada denda.” Lebih lanjut, ia menjelaskan jika di atas rumput-rumput yang menghiasi sekitar sungai dibersihkan, namun di dalam sungainya cukup jarang dan pengelola/pemilik dari Taman Pancing ini ia hanya menggelengkan kepala, pertanda ketidaktahuannya.

Petugas kebersihan bernama Yunus yang berhasil diwawancarai di sela-sela istirahat siangnya mengatakan, “Ya, kalau dari Pemerintah saya hanya ditugaskan untuk membersihkan rumput. Namun terkadang karena ada sampah dari masyarakat sekitar, harus saya angkut juga. Saya membersihkan setiap hari Senin-Jumat.”

Saat disinggung mengenai tanggung jawab kebersihan dalam sungai, ia mengelak, “Itu beda petugas dan saya kurang tahu jam kerja si petugas tersebut.”

Akhir kata, ia hanya berharap masyarakat yang kurang sadar diri dan peduli agar tidak membuang sampah secara sembunyi-sembunyi di malam hari ke kali, yang kadang berdalihkan kerusakan pada keranjang sampah. Sehingga lokasi pemancingan ini tidak hanya menjadi lokasi pemancingan, tetapi juga dapat dinikmati masyarakat.

Leave a comment