Hits: 119
Atika Putri
PIJAR, Medan. Untuk mengingatkan kembali sejarah kepada kita, Museum Sangiran yang bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghadirkan pameran museum manusia purba untuk warga Kota Medan. Bertempat di Atrium Medan Focal Point, pameran ini menyuguhkan patung manusia purba, buku pengetahuan dan fosil-fosil makhluk hidup lainnya.
Acara yang berlangsung sejak tanggal 18-22 Oktober ini mengusung tema “The Homeland of Java Man”. Anderson Stevanus Sitorus, selaku tentor sejarah sekaligus pemandu dalam pameran ini mengatakan pameran manusia purba ini dibuat untuk memperkenalkan manusia purba asal Sangiran kepada warga Kota Medan. Nantinya, Pameran ini juga akan diadakan di Pekan Baru, Jambi, Palembang dan Bandar Lampung dengan tujuan yang sama.
Pameran ini menurut Anderson berguna untuk memperbaiki pengetahuan yang salah mengenai teori Darwin. “Selama ini kita diajarkan di sekolah tentang teori Darwin yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Itu saya tekankan salah besar. Saya ingin meluruskan itu. Manusia sudah jelas-jelas berbeda dengan kera. Sebenarnya maksud dari teori Darwin itu adalah manusia yang menuruni sifat kera, contohnya suka berpindah-pindah. Sama dengan sifat manusia yang mudah bosan,” jelasnya.
Antusias warga Kota Medan sendiri sangat luar biasa dengan pameran ini. Dikatakan oleh Anderson, sejak hari pertama pameran ini dibuka hingga hari terakhir orang beramai-ramai mengunjungi pameran ini. Pengunjung yang datang juga berasal dari berbagai usia dan anak sekolahan merupakan pengunjung terbanyak karena memang merekalah yang menjadi sasaran utama pameran ini. Namun kendati demikian, alumnus Arkeologi UGM ini sangat menyayangkan karena Museum Sumatera Utara sendiri sangat jarang dikunjungi masyarakat.
“Yang datang kesini sangat luar biasa banyak sejak hari pertama. Bahkan ketika pameran kita belum buka, masih persiapan pun sudah banyak yang menunggu-nunggu. Namun yang sangat disayangkan adalah kenapa museum nasional Sumatera Utara sangat jarang didatangi pengunjung. Padahal museum itu tidak mengutip harga yang mahal, hanya dua ribu rupiah saja untuk umum. Padahal jika kita cinta dengan tanah air kita, kita harus paham dengan sejarah kita, dengan kebudayaan kita. Jangan nanti saat sudah diklaim dengan negara lain, baru kita kebingungan,” ucapnya.
Salah satu pengunjung, Endang Chaterina Sinaga mengatakan senang dengan diadakannya pameran seperti ini. “Senang karena bisa melihat langsung bentuk dari fosil-fosil dan tulang-tulang dari manusia purba. Karena selama ini kan cuma bisa liat dari buku pelajaran aja,” ungkapnya.
Dengan diadakannya pameran ini Anderson berharap masyarakat Kota Medan akan lebih mengenal sejarah. Selain itu, pameran ini diharapkan dapat menjadi perangsang agar masyarakat tertarik untuk datang ke museum dan mencintai bagian dari sejarah negaranya sendiri.
Selain pameran fosil makhluk hidup zaman purba, acara ini juga diisi dengan talkshow interaktif dengan pengunjung, lomba menggambar dan mewarnai tingkat TK dan SD serta lomba menyusun puzzle.
(Redaktur Tulisan: Nadia Lumongg Nasution)